Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #30

#30 Ingin Memutuskan Hubungan

 

Langit menyapa dengan senyuman penuh harapan baru dan angin berbisik menyampaikan salam.

 

‘Selamat pagi’

Suara Mobil yang mulai saling berteriak bersahutan membangunkan dari tidurku yang tidak nyenyak itu. Aku menggerakkan bada dengan malas, ini pertama kalinya aku tidur dikamar tanpa Melani.

 

Aku memutuskan pulang ke rumah kemarin sore setelah mendapatkan perawatan tiga hari di rumah sakit. Aku  merasa lebih baik mendapat perawatan di rumah saja, karena bau rumah sakit membuat kepalaku pusing dan bertambah sakit.

 

Satu malam ini tidak sedikitpun aku bisa memejamkan mata.

Bayangan Melani masih mengisi ruangan ingatanku, bayangannya masih mengisi ruang hatiku, seolah ia masih di kamar itu.

 

Satu setengah tahun hidup satu kama tentu sudah meninggalkan kenangan dalam hatiku .

 

Malam itu seakan jiwaku menunggunya, sampai jam sebelas malam aku sengaja belum tidur, berharap ia datang, membayangkan ia datang dan menyapaku, memberi senyum kecil dengan wajah lelah,

masuk ke kamar mandi, aku akan memulai obrolan, banyak menanyakan, ini itu sampai akhirnya tidur, ia tidur di kasur lipat di lantai, dan aku tidur di ranjang empuk milikku.

 

Ah menyebalkan, mengingat itu kembali aku mendumal kesal.

 

Saat ini arti kehilangan itu baru sangat terasa saat ia pergi,

Jika selama ini kesabarannya tak cukup menyadarkanku. Tapi kali ini, kehilangannya akan menyadarkanku.

 

Masih dalam posisi rebahan di ranjang, Mami mengetuk kamar, membawa nampan berisi obat dan serapan.

 

Mami terlihat bingung, ia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ragu.

 

“Ada apa Mi?”tanyaku, penasaran.

 

“ Papi tidak menelponku sejak dia pergi sangat marah, bisa gak, kamu telepon Papi?”Mami menatapku.

 

“Aku sudah mencoba melakukannya Mi, tapi Papi sepertinya marah padaku juga, tidak mau mengangkat telepon dariku juga.”

 

“Terus… Bagaimana dong ,” kata Mami terlihat memelas.

 

Saat Mami seperti itu, disitu aku merasa bingung, seperti melihat diriku, kenapa saat Papi ada, Mami tidak menghargainya sebagai suami, dan lebih galak’kan Mami dari pada suaminya,

tapi saat Papi pergi, ia seperti orang ketakutan seperti itu,

 

“Tunggu saja Mi, nanti juga menelepon,” ucapku sekenanya, karena aku dan Mami itu sama sebenarnya posisinya.

 

Di tinggal pergi baru sadar, “

 

Aku mau mandi dulu Mi, ada urusan sebentar,” kataku tidak ingin membahas apapun dengan Mami, aku merasa Mami itu tidak peduli dengan masalahku dengan Melani.

 

Padahal aku berharap , Papi pergi dari rumah dan keadaan jadi berubah, aku berharap Mami menyesal, setidaknya ia ada niat untuk memperbaiki hubungan rumah tangga kami dengan Melani.

Tapi tidak, dugaan ku salah, sejak Melani pergi beberapa hari lalu, ia tidak pernah mengungkit masalahku dengan Melani, dan tidak pernah menyinggung tentang Melani juga.

 

Apa Melani seburuk itu di mata Mami, padahal itu anak dari abangnya sendiri, apa rasa kasih itu sudah hilang?

Terus terang, aku kehilangan empati dari wanita yang melahirkanku saat itu.

Lihat selengkapnya