Aku tidak tenang, aku panas pastinya aku cemburu saat ini.
Tapi Melani terlihat tenang seakan semuanya tidak terjadi apa-apa.
Saat jantung bergemuruh menahan perasaanku, tapi istri kecilku bersikap semua baik-baik saja.
‘Oh, ayolah… aku harus mulai dari mana kenapa jadi kaku seperti ini, aku mulai gelisah’
“Mel, kamu belum menjawab satupun pertanyaan ku?,” aku bertanya lagi.
“Abang sebaiknya minum obat dulu deh, wajah abang itu pucat,” Melani mengalihkan pembicaraan lagi.
“Iya, ambilkan minum lagi jangan yang dingin.” Ia meletakkan ponselnya di atas meja, baru beberapa menit ia berdiri ponselnya berbunyi.
Dringggg
Dringggg
Saat ia berdiri memesan minuman, ada panggilan masuk, biasanya aku bukan lelaki tipikal yang posesif pada pasangan, tapi kali ini berbeda, mataku langsung menatap tajam, saat nama pemanggil tertera di layar ponsel Melani.
Aldo menelepon Melani. ‘lelaki yang satu ini perlu di kasih racun tikus sepertinya,
sudah tau Melani sudah menikah masih berani deketin’ aku bermonolog dalam hati.
Bangke ni orang, aku memaki kesal menyambar ponselnya .
“Ada apa!?”
“A-a-a Mrelani ada bang?”
“Tidak ada. Kenapa?”
Sengaja ,aku menjawab ketus.
“Baik bang.” jawabnya lalu menutup teleponnya.
Melani masih berdiri mengantri, ia tidak menyadari kalau aku menjawab panggilan teleponnya. Ia tidak tahu kalau lelaki yang meneleponnya sudah ketakutan karena aku membentak.
“Tidak, tidak , boleh seperti ini aku harus melakukan sesuatu,” ucapku bicara sendiri.
“Ini Bang”
Melani membuka botol mineralnya membantuku memilah –milah obat yang aku minum yang banyaknya hampir satu lusin.
“Aduh, kepalaku sepertinya sangat pusing, aku tidak kuat,” aku mengerang sakit setelah beberapa menit minum obat itu, aku memijat kepalaku, dengan mata menutup menahan sakit.
“Ada apa Bang?Apa sakit? Kita ke dokter iya, aku panggil orang untuk memapah abang, iya.”
“Tidak usah Mel. Kost kamu bilang tidak jauh dari sini, kan, aku ingin rebahan, aku merasa kepalaku sakit dan perutku juga mual rasanya sakit sekali.”
“Iya kosanku tidak jauh kok bang, tinggal jalan kaki dari sini juga bisa, apa kita mau ke kosanku saja?”