Dengan dengan pelan-pelan mobil putih milikku meninggalkan Kampus Melani.
Sesuai petunjuk Melani,
kami masuk ke gang yang lumayan sempit, untungnya mobil bisa masuk, berhenti
disalah satu rumah kos.
Tapi di depannya ada
tulisan khusus Putri, rumah permanen berlantai dua atas bawah berderet kamar
layaknya kosan.
“Abang, masukkan saja mobilnya nanti aku bilang sama ibu kostnya,
ini bisa ditutup pagarnya, kalau di parkir di luar khawatir ada yang niat jahat nanti.”
Melani turun membuka
pagar sekalian pamit pada pemilik kosan.
Layaknya kosan putri
tentunya penghuninya kaum hawa, kedatanganku mengendarai mobil mewah, datang ke
kosan Melani sepertinya menarik perhatian semua penghuni kosan.
Penghuninya yang hampir semua anak kuliahan juga sama seperti Melani.
Bukan rahasia umum lagi cerita banyak anak kuliahan yang jadi simpanan lelaki berkantong tebal itu benar adanya.
Saat aku turun mata mereka melotot segede jengkol, tentunya mulut mereka bergosip seperti lebah.
Melani terlihat santai, tapi aku malah merasa kurang nyaman, aku merasa seperti di intimidasi dengan
tatapan para wanita muda menatapku seperti sepotong coklat yang ingin dicicipi.
Masuk ke tempat seperti
ini sudah biasa untukku,
bedanya Mami punya
kontrakan petak sekitar 20 pintu dan penghuninya juga kebanyakan yang sudah
berkeluarga, tapi ditempat Melani semua penghuninya ladies-ladies yang masih
muda, yang berpakaian baju tali satu.
Maka saat aku naik mata
mereka menatap Melani dengan tajam.
“Dapat cuan tuh anak
baru,” gurau salah seorang dari mereka.
Tapi tiba-tiba seorang
perempuan berbadan tambun membuka kamarnya dan mendatangi kami, saat itu Melani
lagi membuka kunci kamarnya.
“Hai anak baru, lu gak
tahu ini kosan perempuan, malah bawa lelaki ke sini,”
hardiknya dengan
gayanya yang songong.
“Saya tahu kak, ini suami saya, tadi kebetulan sakit, hanya ingin istirahat sebentar,”
ucap Melani dengan sopan.
Sepertinya wanita itu senior di kosan, wajahnya sangar seperti Mami germo.
“Lo yakin itu suami Lu?atau lu simpanannya?”
katanya ber-nada ketus
terdengar kasar, aku ingin buka mulut, tapi Melani melarang ku.
“Benar kok kak, ini
suami saya, tadi saya sudah izin sama Ibu yang punya kosan.” Kata Melani tetap
tenang dengan sopan.
Salut dengan Melaniku,sikapnya terlihat tenang, membuat perempuan gemuk itu meragukan tindakan kasarnya
Di Kos Melani
Salut dengan Melani, sikapnya terlihat tenang, membuat perempuan gemuk itu, meragukan tindakan kasarnya sendiri.