Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #36

Ajakan Tinggal Bersama #36

 

“Jangan coba-coba untuk menyentuh Melani, kamu berurusan denganku Mikha.” kataku menutup teleponnya.

 

Melani mengangkat kedua alisnya, menatap dengan tatapan yang susah aku jabarkan.

 

“Bagaimana Mel, apa kamu mau tinggal bersamaku?” tanyaku sekali lagi

aku mencoba memastikan.

 

“Tapi… hubungan kalian tadi kan belum pasti,” kata Melani, membuat dadaku semakin terasa sesak.

 

“Saya sudah beberapa kali menemuinya sebenarnya Mel, ingin menyelesaikan masalah ini, tapi ia tidak mau, aku sudah berusaha, karena itu juga aku butuh dukunganmu, jika kita bersama, saya yakin masalah ini akan berhasil.”

Demi apapun, aku berharap Melani percaya padaku kali ini, aku berharap ia mau menerima permintaanku.

 

“Kita akan pikirkan hal itu nanti, tapi aku ingin pindah dari sini dulu.”

 

“Ok, baiklah.”

 

“Aku sudah menyuruh sekretaris ku tadi, untuk mencari rumah yang pas untuk kamu tempati.”

 

Tidak jauh dari Kampus Melani, aku memang sudah lama mengincar satu rumah untuk kami tempati. Namun yang punya rumah tidak mau menjualnya, dan harganya juga selangit, aku menundanya, tepatnya satu bulan lalu, yang punya rumah meneleponku, kalau rumahnya mau di jual.

 

Marlina mengurus rumahnya, atas nama Melani, aku membelikan ia rumah sebagai hadiahku untuknya.

Niatnya ingin memberikannya saat ulang tahunnya, tapi ulang Tahun kami berdua masih lama.

 

Terpaksa aku memberikannya sekarang, aku sudah menyuruh orang kantor merenovasi, jadi hunian yang Minimalis dan elegan,

aku melihat Melani suka tanaman, maka di depannya sengaja aku suruh di buat taman hias.

Rumah itu juga dilengkapi kolam renang minimalis, di samping rumah.

 Aku berharap wanita kalem ini menyukai pemberianku kali ini.

 Barang miliknya yang kami beresin hanya tiga tempat, buku pakaian dan barang tambahan lainya.

 

“Kipas baling-baling nya tidak di bawa Mel?” tanyaku bergurau , aku mengedipkan sebelah mata.

 

“Haa..haa itu kipas yang sudah batuk-batuk. Itu punya kost bang,”

ia tertawa lepas.

 

Karena beberapa kali kipas baling –baling itu berputar tersendat-sendat, belum lagi bayangannya bikin pusing sangat mengganggu karena berputar di bawah bayangan sinar lampu dalam kamar.

 

Melani tertawa lepas, saat aku meledek kipas baling-baling Doraemonnya.

 

“Tunggu disini ya  biar aku yang angkatin barang-barangnya,” kataku.

 

Niatku, ingin sedikit memanjakannya.

 

“Tidak usah, abang angkat yang enteng saja, biar saya yang bawa dusnya yang berat.”

 

“Hahaha!Tidak, kamu mau taro mana wajah suamimu.”

Melani tertawa kecil mendengarnya.

 

Saat kejadian di grebek sore tadi, membuat Melani sedikit membuka hatinya padaku, saat aku tidak membiarkan orang-orang yang merendahkannya bebas begitu saja.

Aku memberi pelajaran pada orang yang memfitnahnya dan orang yang menghinanya tadi.

 

“Tunggu iya bang, biar yang punya kost seperti itu, aku tetap harus izin pada yang punya kost,

Lihat selengkapnya