Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #38

Merayu Melani #38

Mendengar kata minta cucu, Melani kaget.

“Apa??”

 

Wajah Melani langsung memerah bagai kepiting rebus.

 

“Memberikan cucu untuk Mami, seperti tuntutannya selama ini.”

 

“Ta-ta-tapi abang bilang waktu itu-“

 

“Aku melakukan kesalahan hari itu Melani, kesalahan yang ingin aku memperbaiki.”

 

“Tapi aku kan masih kuliah, aku belum bisa melakukannya,”

Melani menolak.

 

“Melani,kamu tau gak, hukum tidak melayani suami.”

 

“A-a-aku tau bang…”

Melani mulai seperti cacing kepanasan saat aku meminta hak sebagai suaminya.

 

“Aku ingin lihat-lihat rumahnya dulu iya.”

 

Melani berdiri meninggalkanku duduk di sofa, tapi sifat menolaknya terbaca sangat jelas.

 

Tiba-tiba kepalaku dipenuhi kejahilan, secara Melani belum berpengalaman, aku yakin Melani memang dewasa menghadapi setiap ada masalah, kadang aku berpikir Melani itu wanita dewasa.

 

Tapi ada saatnya ia menjadi gadis polos, apalagi tentang pacaran dan tentang membahas hubungan suami istri.

 

Aku ikut berdiri, melihat kelakuannya yang mulai salah tingkah, membuatku semakin ingin mengerjainya.

 

Aku berhak untuk itu, aku suaminya, aku sudah membuang semua yang di belakangku, aku ingin berjalan bersama Melani menjalani kehidupan ini.

 

Tidak mudah mendapatkan hati Melani, satu tahun lalu aku pikir aku tidak akan bisa mencintai Melani,

aku berpikir hubungan kami akan kandas, dulu aku berpikir hubungan kami dan Melani paling bertahan hanya satu tahun, karena kami menjalaninya tanpa cinta.

Tapi empat bulan lagi usia pernikahan kami akan dua tahun.

 

Tapi semakin kesini, aku jatuh cinta padanya, melihat kesabarannya yang luar biasa,ia wanita yang kuat dan sabar.

 

Saat aku berselingkuh ia tidak pernah mempermalukan ku di hadapan keluarga,

ia bertindak layaknya seorang istri yang hormat pada Suaminya.

 

Dari Melani aku paham kejahatan tidak harus dibalas dengan jahat juga.

 

Tangan Melani membuka salah satu kamar, rencananya akan kamar kami tempati berdua,

aku berharap kali ini Melani sudah menerimaku sebagai suaminya, tidak perlu lagi tidur di bawah dengan terpisah.

 

“Itu kamar kita,”

 

“Ha…!” kamar aku mana?”

 

“Itu yang kamu buka kamar kita berdua Melani…!”

 

Lagi-lagi ia hanya tersenyum kecil, membuatku merasa malu pada diri sendiri.

 

“Ini terlalu tiba-tiba, aku butuh persiapan mental,” ia Mengakui kalau ia grogi bercampur panik.

Lihat selengkapnya