Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #41

Hal yang Memalukan #41

Bagaimana mungkin seorang wanita muda menjadikan aset pribadiku sebagai bahan penelitiannya?

 Aku menyerah menghadapi Melani, aku di buat benar-benar bodoh sama Melani.

 Aku salah jika aku menganggap Melani wanita yang mudah aku dapatkan, aku salah jika aku sudah memberinya rumah aku bakal dapat memilikinya,ternyata tidak.

 

Mungkin aku terlalu menganggapnya sepele karena ia wanita dari desa,

di sini akulah yang di cecar dan di ledek habis-habisan sama Melani.

 

Tapi, Aku pikir di umurnya yang masih muda,  akan mudah aku rayu dengan menggunakan keahlian aku, ternyata Melani kecilku bukan wanita yang mudah didapatkan hatinya.

 Ia terlihat jinak-jinak merpati, sekilas terlihat mudah didapatkan,

tapi saat didekati ia seperti ulat bulu, yang bila disentuh akan dibuat gatal.

 Aku menatapnya dengan tajam,

tapi kali ini ia membalas tatapanku dengan senyuman yang tidak bisa aku artikan, apa itu sebuah senyuman meledek atau senyuman tulus.

 

“Apa senyum-senyum?”

kataku jengkel, saat aku merasa kalah lagi, gertakan ku tidak mampu membuatnya takut.

 

“Aku menunggu abang,” ucap Melani dengan wajah tersenyum meledek lagi.

 

“Menunggu apa?”

 

“Membuka celana ,” ucapnya dengan wajah di buat serius.

 

“Kamu benar mau lihat?"

Aku benar-benar marah, saat ia meledekku habis-habisan.

 

“Iya.”

 

Melani menjawab dengan raut wajah di buat serius.

 

Entah setan apa yang merasukinya, bisa-bisanya aku terjebak dengan permainan anak kecil seperti Melani.

 

Aku benar-benar membuka celanaku, mataku menatapnya dengan tatapan serius. Aku berharap ia berlari keluar kamar saat melihatku buka baju, memperlihatkan pusakaku, tapi Melani malah mengambil buku.

 

“Apa yang kamu lakukan?”tanyaku  hampir pingsan di tempat, belum lagi pinggangku yang sakit encok.

 

“Ingin melihat dan membandingkan dengan apa yang aku pelajari di ruang praktek, tentang alat reproduksi pria, ukuran telur dan batangnya,” tutur Melani.

 

Demi apapun juga, tindakan konyol ku, aku sesali.

 

Aku berpikir Melani akan lari dan berteriak histeris seperti di drama-drama.

Ternyata tidak,

malah… menjadikan barang ku dijadikan bahan percobaan, seperti praktek gratis.

 

’ Bangke emang’

 

“Kamu tidak takut?”kataku menatapnya dengan tajam, aku merasakan lutut ku tiba-tiba bergetar karena menahan malu saat Melani benar melihatnya.

 

“Kenapa harus takut, di ruang praktek kami sudah biasa melihat dan memegangnya dari mayat, boleh aku memegangnya?,” tanya Melani membuat perutku terguncang menjadi mual.

 

“Dasar gila,”aku memaki Melani dengan kesal.

 

“Kamu keluar dari kamarku, kamu tidur di kamar sebelah saja,” kataku menatap dengan marah.

 

Bagaimana mungkin barangku di samain dengan barang mayat, dan bagaimana mungkin, ia ingin menyentuhnya membandingkan dengan punya orang yang sudah meninggal.

 

Lihat selengkapnya