Akhirnya Kesampaian
“Iya ampun Bang, kita kan tidak pernah makan mie instan, bagaimana mau buat stok?”
Kata Melani kali ini ia benar-benar frustasi.
“Bagaimana sih Ta, bukannya bilang dari tadi tidak ada, jadi orang ini tidak nungguin
jadi kelaparan, harusnya ngomong dari tadi tidak ada biar mereka beli di luar,
ini sudah jam berapa?” kataku bernada marah.
Melani t terdiam, matanya mulai berair, bendungan dalam matanya hampir saja mau tumpah.
“Terus bagaimana pak, tidak jadi kita masak?”
Intan meletakkan panci penggorengan yang tadi ia ambil untuk merebus mie instan. Ia masih berdiri dengan canggung saat aku memarahi Melani.
Dalam suasana tegang seperti itu, tiba-tiba Reno balik lagi.
“Kopi udah…Bu?”
Reno melihat sekeliling dapur, melihat suasana yang masih tegang.
“Kopi lagi kamu minta Reno! kamu lihat kerjaan kamu nih…kamu sudah tumpahkan semuanya, dari mana lagi ada kopi, sudah kamu tumpah in?” kataku.
“Maaf pak, aku beli di luar saja, Iya,” Reno keluar dengan takut-takut.
“Kayaknya Intan pesan di luar saja iya, Pak,” ucap wanita cantik itu dengan sikap sopan.
“Iya, Intan pesan di luar saja,” kataku membereskan semua kekacauan itu lagi.
Melani masih diam, ia merasa bersalah, ia benar-benar menahan tangisan.
Apa aku terlalu berlebihan? kasihan melihat wajahnya, , tidak tega sebenarnya melihat wajahnya sedih.
“Aku beli makan di luar saja dah, sudah lapar bangat,” kataku berdiri.
Meninggalkan Melani, ia masih di dapur duduk di kursi makan memijat kepalanya.
“Dek, kamu kesini dulu.”
“Apa lagi bang,kepalaku sakit badanku lemas,”
keluh Melani dengan mata sayu.
“Sini dulu,”
Melani menurut berdiri dan mengikut ku.
Di atas meja sudah ada tiga kue ulang tahun tertata cantik.
“Selamat ulang tahun Kak Melani”
Intan menyodorkan salah satu kue ke hadapannya dengan lilin sudah dinyalakan,disambut tepuk tangan dan ucapan selamat ulang tahun serentak dari kami, kejutan untuk Melani.
Melani terlihat kebingungan menatap semua orang satu persatu.
“Apa-apaan ini!?”
Melani merangkul pinggangku dengan erat, ia benar-benar menangis sesenggukan, air mata yang ia tahan-tahan tadi akhirnya tumpah juga