Hari ini, hari yang buruk, sepertinya akan berlanjut lagi karena ada bagian dalam diriku yang masih belum puas, aku merasa sangat kesal.
Melani mengekor dari belakang mengikuti ke menuju Mobil yang diparkirkan di halaman depan kantor,
Walau matanya sembab karena menangis. Namun, tetap saja Melani masih menyempatkan diri menyapa ramah anak-anak kantor,
saat aku berjalan dengan wajah keriting seperti kain lap kotor dijemur, tapi hal yang berbeda ditunjukkan Melani.
“Kami pulang duluan, ya,”ucap Melani pada anak-anak yang menyibukkan di kursi masing-masing.
“Iya, bu.”Lina berdiri tersenyum, membalas sapaan Melani.
Tiba di dalam mobil aku masih diam, Melani juga diam, aku melihat ia sudah membawa buah tangan untuk dibawa, jadi tidak usah lagi mampir ke toko buah untuk membeli.
Melani sudah mempersiapkan semuanya sendiri, padahal kami sudah merencanakan tadi malam akan membeli bersama oleh-olehnya, mungkin karena tadi pagi aku marah ia akhirnya menyiapkan sendiri.
Tadinya aku pikir Melani tidak jadi pergi, ternyata ia datang sendiri ke kantor.
Dalam mobil hanya hanya suara mesin mobil yang terdengar menderu halus, Melani menatap lurus ke arah jalanan, aku sibuk dengan kemudi yang aku pegang.
Aku sebenarnya ingin buka mulut, tidak tahan sebenarnya dengan kesunyian ini, tapi aku ingin menunjukkan pada Melani kalau aku lelaki yang tegas. Aku ingin menunjukkan padanya apa yang ia lakukan padaku tadi pagi sangat melukai harga diriku.
Maka mencoba menahan diri untuk menghadapi keheningan ini. Melani merogoh ponselnya dari tasnya dan sibuk menatap layarnya, dan sesekali terlihat tersenyum manis, entah pesan dari siapa dapat membuatnya tersenyum begitu.
Seseorang melintas membawa gerobak tanpa merentangkan tangannya, hampir saja depan mobilku menyenggol kaki si bapak.
Saat itu juga emosiku memuncak dan aku langsung menghentikan mobilnya, aku mengeluarkan kepalaku dan memarahi bapak dengan kasar.
“Bapak tidak punya mata ,ya? Bapak punya nyawa banyak! main lewat saja, tidak lihat kanan- kiri,” kataku dengan marah.
Untungnya si bapak dengan cepat meminta maaf, kalau tidak masalahnya takutnya akan seperti tadi pagi, sama seperti kataku tadi.
Tidak bagus bawa mobil keadaan marah.
Mobilku jalan kembali
Melani hanya diam, ia tidak bilang apa-apa, matanya kembali ke layar ponselnya dari perjalan dari kantor hingga mau sampai ke rumah ia dan ku tidak ada omongan.
Hingga akhirnya tiba di rumah Mami. aku melihat hanya ada satu mobil di sana, mobil Arnita, itu artinya di rumah tidak ada orang hanya perempuan bawel itu, yang ada di rumah saat ini.