Arnita sudah salah bergaul dan salah memilih teman, kalau tidak diingatkan mulai saat ini bisa hancur masa depannya.
Ia baru mau diam setelah aku mengamuk melempar barang-barang.
“Kamu makin lama makin lancang bangat sih?
tidak pantas ngomong seperti itu pada eda mu sendiri, apalagi eda istri abang mu, karena Nando hula-hulamu, pengganti bapak nantinya, kamu paham?” kata Kak Eva.
“Bodo amat, gue gak urus tentang adat-adat,”kata Arnita.
Dari keluarga ini anya kakak Eva anak Mami yang waras dan rumah tangganya normal.
Lae(Lae: suami saudara perempuan)
Ia banyak berubah sejak menikah, sikapnya sangat dewasa menghadapi masalah.
“Kakak diam saja urus saja rumah tangga kakak, jangan urusin hidup gue,”
kata Arnita tidak diduga dia, menjambak rambut Arnita dengan kasar.
“Kamu ngomong apa, ha! gue pantas nasehatin lu, karena lu itu adik gue, lu pikir jadi model sudah hebat, ha..!”
“Ma, sudah kok jadi ikut marah-marah sih, kata Laeku menghentikan kemarahan kak Eva.
“Gue emosi mendengar mulut sombongnya, kepengen aku cocol cabe jadinya,”
kata kak Eva.
Ternyata Arnita tidak terima juga di nasehati kak Eva, ia balik menarik rambut kak Eva.
“Gue, sudah dewasa iya sekarang, jangan sok menasehati gue, urus suami lu biar gak minta-minta modal ama Mami,”katanya mencari perkara.
Suami kak Eva seorang Arsitek dan pemborong juga, kadang ia butuh modal besar untuk menjalankan usahanya, mungkin suami kak Eva pinjam dana sama Mami dan didengar Arnita.
“Haa!?”
Mata suami kak Eva terkejut, lelaki berkulit putih itu terlihat melonggo, aku yakin ia bukan lelaki yang suka minta-minta modal, mereka berdua bekerja dan Mapan, mertua kak Eva juga orang yang terpandang, tidak mungkin rasanya, bapak satu anak ini minta modal sama Mami.
Ia lelaki berpendidikan dan punya prinsip.
Perkelahian antara dua kakak beradik tidak terhindarkan, tapi Arnita terlalu kecil buat kak Eva.
Karena ibu satu anak ini memang jago bela diri dari dulu, karena ia pernah masuk sekolah bela diri untuk bisa jaga diri dulu.