Saat aku dan Melani di fase yang sangat sulit, boleh di bilang di ujung kehancuran, aku merasa kapal yang kami tumpangi mulai di terpa badai, dari mulai ombak kecil hingga ombak yang besar.
Kini bahkan kapal itu bagai diterpa badai besar.
Aku tidak tahu apakah kami berdua akan tahan menghadapi semua ini, saat orang yang harusnya kami harapkan jadi pegangan kami, justru ingin kami hancur.
Mami memaksaku meninggalkan Melani.
Tidak cukup sampai disitu tiba-tiba Mikha datang lagi membawa bencana besar.
Ia datang membawa kabar membuatku terkejut dengan keberaniannya.
Ia mengaku hamil dan mengandung anakku, saat aku dan Melani merindukan dapat momongan Mikha datang.
Ini bukan jawaban dari doa yang kami inginkan, tapi ini hantaman ombak yang lebih besar lagi.
Tentu saja aku tidak percaya begitu saja karena aku tahu bagaimana otak Mikha.
Tujuannya menghancurkan rumah tanggaku dengan Melani.
“Aku datang kesini mau bilang sama abang Nando kalau aku mengandung anakmu,”kata Mikha mengelus perutnya terlihat mulai melendung.
Aku hanya tertawa melihat kelakuan konyol Mikha,ia wanita yang menjijikkan saat ini.
Tak lebihnya seperti wanita penyihir jahat, ia terlihat seperti pemeran antagonis dalam sinetron yang sering tayang di televisi.
“Kamu tidak malu mengaku hamil, kita bertemu sudah tidak pernah lagi bagaimana mau bikin kamu hamil, Melani tiap malam belum berhasil apalagi kamu yang tidak pernah aku sentuh lagi mengaku, aku bukan lelaki bodoh yang gampang kamu kibuli, sudah…! pergi sono,” kataku mengusir Mikha yang tiba-tiba datang ke rumah kami membawa bencana lagi, bibirnya tersenyum licik dan nekat.
“Aku mau bilang sama wanita itu, mana dia?”kata Mikha mencari Melani.
Melani datang, tapi sikapnya kali ini terlihat sinis dan terlihat jutek, tatapan matanya menatap tajam kearah Mikha.
“Aku hamil anak Nando, aku ingin ia bertanggung jawab, kata Mikha.
“Kamu yakin itu anak suami saya?”
“Apa?”Mata Mikha melotot tajam.
“Kamu hamil dengan orang lain, tapi menyuruh Bang Nando bertanggung jawab, apa kamu tidak tahu malu pada dirimu sendiri?
Bang Nando sudah lama tidak menemuimu, terus kapan dia melakukanya?”
“Ha, kamu percaya pada suamimu?”
“Mikha, jaga bicaramu, aku tidak pernah lagi berhubungan denganmu sejak aku memutuskan tinggal dengan Melani jadi…kenapa kamu minta pertanggung jawaban padaku bukan pada Juna, wanita bodoh,”kataku ingin menamparnya.
“Abang jangan seperti itu, dulu saja kamu bilang ingin punya anak dariku, abang bilang tidak ingin punya anak dari wanita lain,”kata Mikha ingin memanas-manasi Melani.
“Dengar iya MIkha, aku bukan lelaki bodoh yang ingin mempunyai anak dari wanita yang bukan istriku, itu kebodohan namanya.”kataku serius.
“Tapi buktinya aku hamil, dan aku sudah memberitahukan Mami, dia mendukungku, dia bilang akan menceraikan gadis kampung itu dan menyuruhmu menikahi ku, bukankah itu hebat,” kata Mikha.
“Hebat untukmu, tapi aku tidak pernah menduga kalau kamu jadi wanita yang rendah.”
“Aku tidak perduli, aku akan senang jika kamu berpisah dengan wanita itu, ini anak kamu ini yang dibutuhkan keluargamu, apa yang diinginkan keluargamu ada padaku, kenapa kamu tidak mengiyakannya dan kita bisa bersama seperti dulu lagi,”kata Mikha.
“Pergilah Mikha, jangan sampai aku marah.”
“Aku harap kamu cepat sadar diri anak kampung, walau Ibu mertuamu bibimu sendiri, mereka tidak peduli padamu karena kamu tidak berguna,”kata Mikha.
Tiba-tiba Melani berjalan mendekat wajahnya mengeras satu tamparan melayang ke pipi Mikha, aku membiarkannya Melani menampar pipi sebelah lagi, ia benar-benar marah.
“Aku sudah lama ingin melakukan ini sebenarnya, tapi untuk hari ini itu cukup karena kamu lagi bunting, kamu bukan siapa-siapaku, jangan kamu pikir selama ini aku diam karena takut, tapi kamu wanita hina, semakin hina lagi jika anak yang kamu kandung itu, anak orang lain kamu tuduh anak bang Nando. Kamu benar-benar rendah dan menjijikkan sebagai seorang wanita,”kata Melani.
“Pergilah sono, minta menikah dengan Juna, kasihan anakmu nantinya tidak punya bapak, karena aku berani bersumpah aku bukan bapaknya dan menjamin aku tidak melakukannya.” kataku dengan yakin.
“Kalian berdua akan menerima penghinaan ini, aku pastikan kalian berdua akan menyesali semua ini,” Mikha meninggalkan rumah.
Tapi aku yakin ia akan menyebabkan kehancuran untuk aku dan Melani, jika menemui Mami aku yakin Mami akan mempercayainya, aku yakin Mikha sudah melancarkan aksinya saat ini.
Melani terlihat diam, wajahnya masih terlihat marah.
“Kamu tidak percaya, kan Mel, apa yang dikatakan Mikha tadi,”
aku bertanya.