Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #66

Mencari Melani #66

Burung besi besar milik Negara itu akhirnya membawaku ke angkasa membelah awan terbang bebas meninggalkan Bandara.

 

‘Selamat tinggal Mel, berharap saat kita bertemu semua berubah, tidak ada lagi kesalahpahaman dan tidak ada lagi air mata , berharap saat kita bertemu hatimu menjadi milikku sepenuhnya Istriku, Melaniku’ kataku dalam hati.

 

Membetulkan letak kacamata hitam yang aku pakai, mudah-mudahan orang di dalam pesawat itu tidak ada yang tahu kalau aku meluapkan kesedihanku di balik kaca mata hitam.

 

Ada rasa yang berbeda yang aku rasakan, aku merasa sebagian dari hidupku tertinggal bersama Melani, baru beberapa menit meninggalkan.

Tetapi, aku sudah merindukan ia lagi.

                       *

Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya tiba juga di salah satu mes pekerja, oh iya ampun, apa yang dikatakan Melani benar, harus siap dengan segala kemungkinan.

 

Namanya juga mes pekerja proyek, hanya menggunakan bahan seadanya, dari triplek dan dari besi dan sebagian dari seng karena sifatnya sementara, begitu proyek selesai dikerjakan bangunan itu akan dibongkar.

 

Tetapi, demi apapun juga aku tidak bisa hidup di tempat seperti ini, karena aku datang ke tempat ini bukan untuk sengsara.

Aku anya ingin mencari pelarian dari masalah yang aku alami, karena uang bukan masalah untukku saat ini.

 

Memilih menginap di salah satu Hotel di kota Sorong menjadi pilihanku.

 

Ok, untungnya teman yang mengajak kerja sama mempertimbangkan posisi yang sebelumnya.

 

Ia sudah menyediakan rumah untuk aku tempati selama bekerja di kota itu, kami ada tiga orang dari perusahaanya yang di buat rumah khusus, dan satu orang asisten rumah tangga yang disediakan untuk mengurus kebutuhan.

 

Aku yang lulusan Arsitektur dan kebetulan mendapat kesempatan desainku yang diterima, maka itu aku dan proyek Toni bekerja sama.

 

Ini hari ketiga aku tinggal di pulau yang panas ini, baru dua kali aku berkomunikasi dengan Melani, itu pun, ia yang meneleponku.

 

Di saat genting seperti ini, aku masih saja memelihara ego yang tidak berguna dalam otakku, sebagai seorang lelaki aku tidak mau dianggap lemah, itu yang jadi alasanku.

 

Aku sudah satu minggu sejak tiba di kota ini. Tetapi Melani sudah dua hari tidak menghubungiku, hati ini bertanya-tanya ada apa dengannya?

Kenapa ia tidak meneleponku lagi?

aku bahkan tidak bisa tidur dan tidak fokus kerja, tapi anehnya aku tidak ingin menelepon dia duluan.

Itu dia yang bikin repot, saat hati dan otak tidak bisa diajak untuk saling bekerja sama.

 

“Ada apa Bro, dari kemarin wajah lu tidak bersemangat?"

Toni Liem menghampiriku yang masih berdiri di belakang proyek.

 

Lihat selengkapnya