Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #68

Telah Terjadi Sesuatu#68

 

“Baiklah, kamu naik mobil Papi saja, tunggu disini Papi ambil kunci mobil, lelaki paruh baya itu meninggalkanku, ia naik keatas dan mengambil kunci mobil, menunggu beberapa menit, Papi datang membawa jaket dan baju untuk aku pakai.

 

“Ini ganti bajumu Nando, papi tidak mau kamu sakit, ini jaket,”

dengan cepat tangannya membaluri badanku yang kedinginan dengan minyak angin.

Papi seorang bapak yang sangat perhatian sama anak-anaknya, ia lelaki panutan ku sejak kecil, lelaki yang tidak banyak bicara, tapi giat dalam bekerja.

 

Lelaki yang luar biasa karena bisa bertahan dengan sikap Mami yang tamak.

 

“Baiklah aku pamit Pi aku pamit Mi,”

 

“Hati-hati Nando, kabari Papi kalau ada kabar dari Melani, nanti Papi bantu ikut cari,

hati-hati  bawa mobilnya, tidak usah ngebut iya, kamu tidak tidur satu malam papi khawatir.”

 

“Iya Pi.”

 

Mami terlihat diam, tidak peduli saat aku pamit, ia duduk berlipat tangan di dada, ia terlihat melamun.

 

Sementara Arnita sibuk dengan ponselnya, sibuk berbalas chating dengan seseorang.

 

OK baiklah aku tidak peduli dengan yang lain aku hanya ingin melihat Melani, memastikan iya baik-baik saja dan sehat.

Hanya itu, tidak peduli ia tinggal dimana saat ini aku harus menemukannya.

 

Seperti aku membangunkan semua orang di rumah Mami pagi ini, karena aku mereka semua bangun, baik asisten rumah tangga dan supir.

 

Aku menyusuri dingin angin malam dengan perut kosong dan kepala yang sudah mulai berat, mobil berwarna hitam itu menyusuri jalanan malam , aku baru ingat Melani punya teman yang mungkin tahu kemana Melani pergi.

 

Aldo teman Melani yang berwajah tampan itu mungkin tahu kemana Melani pergi.

 

Walau sering sekali Lelaki berkulit putih mirip Oppa Korea itu membuatku cemburu, karena ia mencintai Melaniku diam-diam.

 

Aku sering sekali aku  katakan pada Melani kalau aku cemburu, bila ia menyebut nama Aldo, tapi Melani akan tertawa meledekku bila aku bilang cemburu. Aku merindukan tawa itu.

 Aku wajar cemburu pada Aldo karena ia sepertinya menang banyak dariku.

Tampan, muda, kaya, calon dokter.

Tapi Melani bukan tipe orang yang macam-macam, ia bilang kalau ia hanya menganggap Aldo hanya seorang sahabatnya aku percaya padanya.

Walau aku masih tetap cemburu .

 

Hingga Mobilku tiba di salah satu komplek mewah di Depok, aku hapal rumahnya karena Melani beberapa kali minta di temenin ke rumah itu untuk meminjam buku, kalau tidak ngerjain Tugas sama-sama.

 

Aldo juga tinggal bersama kakak perempuannya seorang dokter juga.

Jadi wajar lelaki tampan itu bisa di komplek mewah seperti ini, karena keluarga Aldo juga di kampung orang yang terpandang, jadi wajar Aldo dan kakaknya bisa hidup mewah seperti saat ini.

 

Kadang aku berpikir seandainya kalau aku tidak menikahi Melani, akankah mereka bersama?

 

Mungkin Melaniku tidak sengsara seperti saat ini, mendapat ibu mertua yang kejam seperti Mami, dan punya adik ipar yang seperti penyihir seperti Arnita.

 

Hingga akhirnya tiba di depan gerbang rumah berlantai dua ber cat kuning, rumah Aldo dan kakaknya.

Lihat selengkapnya