Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #69

Terjadi penganiayaan #69

 

Aldo mengepal tangannya sepertinya anak kecil ini ingin memberiku bogem mentah, aku tidak tahu apa itu berasa apa tidak untukku.

Tapi mendengar penuturan dari mereka membuat jantung bergemuruh, ada rasa tidak percaya.

 

Melani di keroyok membuatku mengepal tanganku dengan kuat, bagian di dalam dadaku yang terasa terbakar, bagaimana mungkin, Iya ampun batin menolak percaya, kalau itu benar terjadi bagaimana Melaniku, bagaimana keadaanya, bagaimana aku melihatnya nanti.

 

“Terus, kemana Melani?

Melani terluka terus bagaimana keadaanya sekarang, dimana dia?”

 

Aku berdiri, apa yang aku takutkan ternyata benar adanya.

 

Melani terluka, maka itu ia tidak mau menghubungi ku, harusnya aku datang lebih cepat, harusnya sebagai suami harusnya aku lebih peka.

Tapi kenapa Melani tidak menelpon, padahal aku meninggalkan ponselku?

 

“Kedua wanita jahat itu bahkan mengambil ponsel Melani, mereka sungguh iblis. Aku berharap mereka berdua membusuk di neraka, kamu tidak tahu mereka memperlakukan dengan buruk, aku sangat sedih melihat keadaan.

Sebenarnya paginya itu ia sudah menelepon aku, ia ingin main kesini dengan teman-temannya, rencana mereka ingin bakar-bakar ayam sambil kerjakan tugas bersama, tapi paginya Ibu Mertuanya sudah datang terlebih dulu, baru sorenya adik kamu dan perempuan itu datang ke rumah memukuli Melani. Untung Aldo dan teman-teman menjemput Melani ke rumah kalian, iya Tuhan, ia sudah terkapar dengan kepala terluka dan di kening juga, itu perlakukan yang sangat kejam, sesama perempuan berani berbuat seperti itu, coba kalau Aldo tidak datang ke rumah, mungkin Melani tidak tertolong kali. Ia terlihat trauma, mudah-mudahan Melani tidak apa-apa.”

 

“Mami datang juga?”

 

“Iya, tapi tidak ikut dalam pemukulan itu, ibu pak Nando datang pagi, adikmu dan perempuan itu datang sore, aku tidak tahu ada sangkut pautnya, aku tidak mau mengurusi, tapi kelakuan adik pak Nando dan perempuan itu sudah bisa masuk ranah hukum. Kami menyuruh Melani, tapi ia tidak mau, ia tidak mau keluarga bapak malu, ah menyebalkan melihat kondisinya saat itu aku marah padanya karena terlalu lembek, sekaligus kasihan padanya.”

 

“Sekarang Melani kemana?” tanyaku sekali lagi.

 

“ Dia ke rumah Bapa udanya yang di Bekasi, kami merawatnya disini selama dua hari, tapi dia ingin ke rumah bapa udanya yang di Bekasi, Jadi mereka menjemputnya kesini.Melani sudah tidak kuliah lima hari.”

 

“Tulang bekasi yang datang jemput?”

 

“Iya bapa udanya Melani, kami juga mengenalnya karena satu kampung.”

 

Mendengar penuturan kedua kakak adik ini membuatku bagai masuk dalam dunia mimpi, otakku belum mampu mencerna, aku merasa lemas dan kakiku seakan tidak mampu menopang tubuhku tidak bertenaga lagi.

 

Lihat selengkapnya