Baru saja aku mematikan ponsel Papi meneleponku lagi, karena aku mengamuk di rumah kemarin, membuatku sosok yang di takutkan sekarang, semua orang meneleponku menasehatiku.
Bukankah ini sedikit berlebihan, di perlakukan aku sosok yang menakutkan? Hadeh… aku mendumal kesal.
“Halo Pi.”
“Nando kamu dimana Nak?”suara Papi sedikit bergetar, ia mungkin takut aku mencari Arnita sama seperti kakak Eva.
“Di rumah.”
“Nando pulang ke rumah Nak, mari kita bicarakan dengan baik-baik, Papi sudah menghubungi tulang sama Bou, semua keluarga, mari nak kita bicara baik-baik.
Jangan membuat keputusan yang salah yang kamu sesali nantinya.”
“Mereka akan mendapat apa yang mereka perbuat sama Melani Pi, papi sudah lihat rekaman itu’ kan, kejam, tidak manusia kan? aku akan berubah jadi monster jahat biar Mami puas, aku harus menghabisi mereka semua.”
“Mami menyesal, Mami sakit, Melani baik-baik saja Nak, besok dia akan datang kesini, percayalah, pulanglah Nak tolong dengarkan Papi,
Papi janji akan memperbaiki semuanya.”
Terdengar suara di samping Papi ikut bicara.
“Tanyakan dia di mana, biar kita jemput,” aku mendengar suara Bapa udaku dan bouku, ternyata masalah rumah tanggaku tersebar kemana-mana, sampai bouku adik bapakku yang dari Surabaya ikut datang ke rumah.
“Tan ini Bou, mau ngomong sama kamu,” kata Papi, memberikan ponselnya ke adiknya, yang biasa aku panggi bou atau adik atau kakak perempuan bapak.
“Nando, kamu di mana Mang ?Bapa…!
jangan marah lagi, kami datang sama bapa uda sama Bapa tua, kita semua peduli sama kamu mang, kita peduli dengan rumah tanggamu, besok Melani akan datang kesini sama tulang yang di Bekas .Pulang kita menunggu di rumah.”
“Belum Bou, nanti aku akan pulang kalau aku sudah selesaikan urusanku dengan orang-orang ini.”
“Tapi dia adikmu, masa kamu tidak bisa memaafkan adik perempuanmu, katanya kamu sudah memukulnya, apa itu belum cukup, Mang?”
“Kalau Namboru sudah lihat rekamannya , mungkin bou akan tahu.”
“Kami sudah melihatnya Nak, Mamimu sakit, dia menyesal.”
“Bou, aku harus pergi temanku sudah menjemput ku, maaf nanti kita bahas lagi.”
Aku menutup teleponnya, Beny sudah menungguku di luar.