“Aku tidak ingin kamu pergi Melani. Walau aku melarang, tapi kamu akan tetap pergi, terus apa gunanya kamu meminta izin padaku?”tanyaku.
“Itu caraku menghormati abang sebagai suami.”
"Baiklah, pergilah, aku tidak perduli lagi, pergi dan jangan kembali lagi, supaya kamu puas,"
aku marah aku kecewa.
Ternyata kesalahan aku di masa lalu merusak hidupku saat ini, seandainya waktu bisa diputar, aku tidak seharusnya menodai pernikahan kami, dengan sebuah perselingkuhan.
Melani pergi, ia juga manusia biasa yang punya batas kesabaran, perlakuan buruk Mami padanya selama ini ia tahan, tapi pada akhirnya ia juga menyerah.
Bagaimana denganku?
Melani diam melihatku marah, ia tahu kalau ia menjawab atau menyahut omonganku yang ada makin jadi alias makin panas.
Ia membiarkanku menghabiskan satu batang rokok, itu aku lakukan karena aku marah, padahal ia sudah beberapa kali memperingatkanmu untuk tidak merokok demi kesehatanku,tapi dengan masalah seberat ini, satu batang rokok rasanya tidak cukup untuk menenangkan pikiranku.
Aku ingin membakar bibirku dengan satu bungkus untuk mengurangi kepalaku yang terasa suntuk.
“Kamu bilang aku suamimu tapi kamu tidak menurutiku . Apa artinya aku jadi seorang suami?”
“Bukankah abang sudah sepakat untuk selalu mendukungku?”tanya Melani.
“Iya aku mendukungmu Mel, tapi aku tidak menyuruhmu pergi, aku mendukungmu tetap bersamaku disini, aku mau tetap kamu disini,” kataku memohon.
“Tapi Bou ingin aku pergi meninggalkanmu Bang, aku tidak ingin melakukannya, aku juga tidak ingin ada kata pisah diantara kita, aku ingin rumah tangga kita tetap bertahan, tapi kita tidak bisa selamanya seperti ini, sampai kapan aku bisa bertahan ditindas bang. Aku diam bukannya aku kuat, tapi karena aku tidak punya kekuatan, aku bukan robot yang bisa selamanya diam walau sudah dihina dan direndahkan,” kata Melani, kini matanya terlihat sangat berat, bendungan di matanya hampir tumpah.
Sungguh, Aku tidak tega melihat air mata Melani, ini salahku juga yang menghiraukannya dulu, ini hukuman untukku karena mempermainkan pernikahan, mungkin ini teguran dari Tuhan, karena aku berselingkuh dulu.
Penyesalan selalu datang terlambat.
“Terus bagaimana dengan aku Melani?” Ia diam tidak bisa menjawab.
“Aku harap, abang mengerti posisiku.”
“Kamu menyuruhku ngertiin kamu, terus kamu mengerti aku tidak?
Kamu egois , kamu hanya memikirkan dirimu sendiri ,aku tidak kamu pikirkan,” kataku meninggalkan Melani.