Ini memalukan, kalau keluarga sampai tahu aku di sini, tapi aku tidak mau juga ditahan.
“Pinjamkan aku ponselmu, aku menelepon keluarga.”
Dengan berat hati aku menelepon kak Eva untuk menolongku.
“Halo Nando kamu dimana sih?”
“Kak…a-a-“
“Ada apa?”suaranya terdengar sangat cemas di ujung telepon.
“Kakak lagi dimana?” Aku bertanya.
“Di rumah Mami ,iya ampun kamu dari mana saja, kami sampai lapor polisi, karena kamu menghilang selama berhari-hari,
kamu baik-baik saja kan, tidak terjadi apa-apa kan?”
“Kak dengarkan aku dulu, bawa uang tiga pulu juta, tolong bebaskan aku dari sini, aku ditahan di Bar karena tidak bisa bayar tagihannya.”
“Haa di tahan di Bar??”
“Suara kak Eva meninggi dan kaget.”
“Kakak tidak usah heboh, ini alamatnya, cepat aku sakit.”
“Baiklah aku datang,” sahut Kak Eva.
Menunggu sekitar satu jam, akhirnya kak Eva datang juga , ia tidak sendirian, ada Papi dan lae juga suami kak Eva.
Aku malu sebenarnya melihat abang iparku, karena orangnya baik dan sangat pengertian.
Tidak banyak bicara, tidak neko-neko, aku menghormatinya.
“Nando. ya Tuhan apa yang terjadi, kenapa badanmu seperti ini?”
tanya kakak Eva kaget, ia kaget melihatku yang tampak berbeda, aku berubah jadi gembel .
Aku duduk di salah satu kursi dengan kedua kaki diangkat, karena semua badanku terasa sangat gatal,
baik bagian kakiku juga, terpaksa kaki diangkat juga keatas kursi agar bisa di garuk-garuk.
“Itu bereskan dulu tagihannya, tidak usah hiraukan aku,” kataku, tapi tangan tidak berhenti menggaruk.