Dalam ruangan itu Jimmy memberi Juna pelajaran yang tidak akan bisa ia lupakan seumur hidup.
Jangan sesekali kamu merusak orang lain, Bodoh..!” Teriak Jimmy lagi.
Aku hanya diam tenang menatapnya wajahnya yang babak belur.
Aku dan Jimmy dibawa keluar oleh Beny, tidak lama kemudian dua orang yang petugas lapas membawa tandu membawa Juna keluar.
Saat ia melihatku, aku mengedipkan mata padanya tanda kalau senang atas apa yang ia alami.
Rasanya puas saat bisa memberikan pelajaran pada Juna, seakan beban dalam dadaku terangkat setengah.
“ Kamu mau lihat vidio nya? temanku itu mengirimnya,” kata Jimmy, ternyata aksi mereka di video kan dan dikirim pada penghuni lapas yang punya ponsel.
Hidup Juna akan semakin berat nantinya.
“Uweee … Aku mual menjijikkan.” Jimmy memberikan ponselnya padaku,
Tontonan yang buat lelaki normal seperti aku akan merasa mual, karena ketiga lelaki itu memberi Juna hal yang mengerikan.
Hari itu, akan membayanginya seumur hidup, itu hukuman berat dariku, bisa jadi ia akan mengakhiri hidupnya karena tidak kuat menanggung beban.
Karena selama ia masih tinggal di rutan ini, aku yakin dengan adanya video yang beredar, ia akan incaran manusia penyuka tongkat nantinya.
Hingga malam tiba Juna tidak balik lagi ke ruangan kami, sepertinya ia butuh perawatan yang lama untuk menyembuhkan lukanya, fisik dan mental.
Pagi, saat semua penghuni lapas di jemur di luar, seorang anggota sipir memanggilku membawa keruangan kepala lapas.
Ada Beny di sana, terlihat mengobrol serius dengan kepala lapas.
“Gila lu, melakukannya sampai separah itu Bro?” kata Beny setelah membawaku ke gedung atas.
“Aku tidak melakukannya, orang lain yang melakukanya atas permintaanku,” kataku.
“Tapi lukanya parah bangat Bro, dia ingin menuntut pelakunya, ternyata dia anak pejabat,” kata Beny.