Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #98

Jadi Kuli Panggul#98

 

Keluargaku tidak ingin  melihatku  tinggal di jalanan, Mami minta Beny membawaku pulang.

 

“Bawa dia,” Perintah Beny tegas pada kedua anak buahnya.

 

Aku dibawa paksa sama Beny  dan  kedua anak buahnya, karena aku berontak dan menolak untuk pulang, kak Eva terpaksa menyuntik ku hingga tertidur.

 

Saat bangun, aku berada di dalam kamar dengan tangan dan kaki sudah di ikat di ranjang, merasa seperti orang gangguan jiwa, padahal semua otakku masih berfungsi dan berpikir baik, tetapi tidak tahu tujuan mereka mengikatku seperti itu, tidak tahu juga siapa yang dapat ide gila ini.

 

‘Apa yang mereka pikirkan, kenapa sampai mengikat kaki dan tanganku segala. Memangnya aku melakukan hal yang berbahaya apa?’ tanyaku  dalam hati.

 

“Apa-apaan ini, buka, buka,” kataku menatap kak Eva dan papi.

 

“Maaf  Nando kami harus melakukan itu demi kebaikanmu.”

 

“Sejak kapan mengikat orang jadi kebaikan?” aku protes.

 

“Kamu merusak dirimu sendiri, kamu membuat keluarga ini malu,” bentak Mami.

 

Boru Nainggolan yang satu ini rupanya belum sadar kalau semua itu karena ulahnya Mami juga.

 

“Bukan aku yang membuat keluarga ini malu, memang sudah dasar memalukan dari sana, buka ini!” Ujar ku marah.

 

Mereka tidak peduli bagaimanapun aku protes, aku tidak terima diikat seperti kambing, keluargaku takut aku lari dan membuat ulah lagi.

 

Padahal mereka semua tidak tahu, apa yang aku rasakan, aku butuh pelarian supaya aku tidak menjadi gila kalau di pendam sendirian.

 

Cara terbaik keluar dari situasi ini,  pura-pura jinak, baiklah, mereka semua berbuat seperti, pada orang dewasa sepertiku, makan juga harus dengan tangan diikat, aku menurut semua keinginan mereka, tangan di ikat dan berbaring.

 

Saat lengang sedikit aku bisa melepaskan ikatan tanganku dan kabur dari jendela, anak jantan di kurung di kamar itu membuat harga diriku terluka.

 

Kamarku di lantai atas aku keluar dari jendela.

 

Tidak ada yang tahu aku kabur dari rumah, entah apa motif keluargaku mengurung dan mengingatku, yang  jelas  semua bertolak belakang dengan kepribadianku yang maskulin.

 

Aku diperlakukan seperti pasien sakit jiwa, di ikat di rumah sendiri, membuatku semakin kesal pada keluarga.

 

Aku   semakin merasa rumah kami saat itu, buka rumah yang nyaman untukku,.

 

Keluar dari rumah tanpa membawa uang, apa jadinya, masa mau merampok? itu juga bertolak belakang denganku.

 

Saat keluar dari rumah, kebetulan masih sore, terus berjalan dan berhenti ada mobil pickup yang lewat, untungnya mau aku menumpang, biasanya mobil barang seperti itu jarang mau menerima, tapi saat aku melambai tangan minta berhenti si bapak mau berhenti.

 

“Terimakasih Pak.”

 

Sebuah mobil pengangkut kelapa, aku merebahkan tubuhku di kelapa, ketiduran dan berakhir di pasar Induk.

 

Hadeh padahal niatku tadi tidak jauh dari rumah tadinya, ingin ke rumah Jimmy , tapi kalau sudah seperti ini apa yang bisa aku lakukan, tanpa sepeserpun uang di pegangan. Perut sudah mulai lapar,  aku memutar otak untuk mendapatkan uang.

 

“Bang butuh bantuan gak untuk mengangkut barangnya?”

 

Lihat selengkapnya