“Selamat datang kembali Nando , temanku yang aku rindukan, aku berharap kamu tidak berulah lagi” ucap Beny menatapku.
“Ah, Berlebihan,” kataku kesal.
Beny tertawa lepas melihat tampang ku yang malas.
Segala urusan dari bank akhirnya cepat selesai, pelayanan VIP milik Beny mempermudah semuanya, tidak sia-sia punya teman seorang polisi.
“Sekarang apa?” Beny menatapku setelah keluar dari bank.
“Mungkin yang lainnya kami bisa atasi bro, kamu pulang saja, maaf ni gangguin waktu liburnya,” ucapku .
“Yakin?”
“Iya aku ama Lina saja urus yang lain.”
“Ok siap, kebetulan hari ini aku juga janji ama anak, temenin main bola,”ucap Beny.
Beny pulang, aku dan pengacara Lina yang menemaniku hari ini, aku berniat kalau aku sudah sembuh total dan bisa menyelamatkan Perusahaan Papi, aku ingin wanita bertampang tegas ini jadi pengacaraku, tidak perlu menggunakan bodyguard jika sudah bersamanya, pembawaannya tegas dan pintar, dia sering dijuluki butet galak, gadis Batak yang tegas.
“Kita kemana lagi Pak?” tanya Lina menatapku.
“Kita pakai mobilmu saja iya Lin?”
“Iya, tidak apa-apa pak, mari.”
Lina membukakan pintu mobil berwarna merah, aku duduk di depan ia yang memegang kemudinya.
“Kita ke rumah sakit saja mengurus tagihan rumah sakit Mami, biar bisa mendapat perawatan selanjutnya .”
“Baik pak.”
Biaya rumah sakit Mami sudah dibayarkan dan sudah bisa meneruskan perawatannya lagi, kini rumah kami yang sempat dijual Papi aku ingin tebus kembali.
Lina membawaku ke rumah kami yang dulu, untungnya sih orangnya yang menempati mau tugas keluar Negeri, jadi ia setuju menjual rumah itu kembali pada kami, walau ia meminta bayaran lebih karena ada beberapa bagian dalam rumah itu yang ia renovasi dan menghabiskan dana sendiri, jadi, karena itu ia meminta harga lebih tinggi pada Lina.
“Bagaimana Pak, sepertinya orang ini ingin mengambil keuntungan banyak,” kata Lina terlihat kesal.
“Gini saja Lin, kasih harga kita yang terakhir dan kita pergi, dari harga itu saja dia sudah untung banyak, lagian mereka mau keluar Negeri, kan?”
“Iya pak.”