Setelah berkomunikasi dengan Melani istriku, hidup saat ini seolah-olah punya tujuan hidup lagi, aku yang saat ini menjadi percaya diri lagi.
Aku akan menjalani hidup yang lebih baik lagi.
Aku ingin Melani bangga melihatku saat ia pulang nanti, maka itu aku memulai membangun perusahaan lagi , walau harus merangkak mulai dar bawah.
Benar kata orang, uang tidak akan mengenal saudara, keluarga maupun teman.
Kamu akan dihormati dan disegani jika kita punya uang, itu benar, sepertinya aku dikelilingi orang-orang yang seperti itu, misalnya Mami dan mantan karyawan ku, mereka akan mendengar jika sudah punya harta.
Aku meminta mantan karyawan ku untuk kembali bekerja, mereka menolak dengan alasan takut gaji mereka tidak bisa aku bayarkan.
Kalau untuk membayar gaji beberapa karyawan, aku masih sanggup, tetapi mereka sudah menilai ku rendah duluan, jadi tidak memaksa mereka susah memang menyakinkan orang lain untuk percaya pada kita, apa lagi dengan lencana mantan napi dan mantan pemakai yang melekat padaku saat ini.
Tetapi percayalah, aku sudah sembuh dan sudah sadar dengan kebodohan yang pernah aku lakukan.
Ini sudah dua minggu, memulai bekerja sendirian tanpa hasil yang pasti, bagaimana tidak, semua orang yang aku ajak bekerja sama semua menolak, jangankan perusahaan besar, perusahaan kecil sekalipun menolak ku.
Lelah, itulah yang aku rasakan saat ini, aku merindukan Melani ada disini untuk memberiku dukungan dan semangat, aku butuh Melani untuk temanku berbagi rasa dan beban saat ini, mendapat berbagai penolakan membuatku hampir putus asa.
Namun harus tetap berusaha berjuang demi masa depan
Walau yang aku lakukan tidaklah mudah, karena akan memulai dari nol lagi.
Saat Melani mengirim pesan meneleponku satu minggu yang lalu, aku begitu bersemangat, ia berjanji menghubungiku lagi, tapi ini sudah lima hari sejak ia meneleponku, tidak ada lagi kabar dari Melani, itu juga yang membuatku merasa lemah hari ini, Melani tidak meneleponku lagi, saat aku meneleponnya ponselnya tidak aktif.
Andai tidak ada peraturan dari kampus Melani yang melarang keluarga mengunjungi mereka, mungkin hari ini juga aku sudah terbang ke Jerman menemui Melani.
Tetapi peraturan itu menghalangiku untuk menemui istriku, Melani juga melarang ku datang, ia memintaku menunggunya di Jakarta.
Aku harus mencoba berpikir positif, mungkin mereka tidak di perbolehkan memegang ponsel, karena mereka di tempatkan di asrama khusus.