Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #106

Kantorku Diteror #106

Suasana di di halaman kantor jadi perhatian warga sekitar karena ulah para preman  kuali gosong ini, bagaimana tidak? kantor Naima Karya yang selama ini  hening karena sudah tutup, tiba-tiba  jadi perhatian banyak orang karena ulah mereka.

 

“Bang jangan  berisik dong,” ujar seorang pemuda yang rumahnya tidak jauh dari kantor.

 

“Eh … Lu diam!  Kalau  lu masih ingin hidup!’ bentaknya dengan kasar.

 

“Iya Bang,” ucapnya dengan takut, ia masuk ke dalam rumah.

 

Nyali  pemuda bertubuh kerempeng itu tiba- tiba ciut, seperti kerupuk di disiram air,  saat salah seorang dari mereka mengacuhkan  golok panjang, jangankan pemuda kerempeng itu, aku saja   merasa takut.

 

Para lelaki sanggar bertato itu sangat beringas,  mereka tidak peduli dengan lingkungan sekitar, dengan beraninya mereka berempat menenteng balok kayu, dan memukul-mukul pagar.

 

“Keluar lu Fernando, bayar utangmu!” teriak salah seorang dari mereka.

 

“Utang …? Utang apa, perasaan aku tidak punya utang , utang sama siapa? baru juga mau ajuin  ditolak.

Lalu aku punya hutang sama siapa?” Semakin  aku berpikir semakin aku bingung.

 

“Gue tahu lu ada di dalam brengsek, keluar lu!” teriaknya mereka semakin lantang.

 

Bukannya aku  takut untuk menghadapi mereka,  kalau disuruh one by one sih masih mending, mereka  berempat pasti menghajar ku sampai penyok jika aku keluar, diam dalam  ruangan  menunggu Beny cara yang paling tepat saat ini.

 

Karena aku juga belum tahu siapa yang punya hutang sama mereka, karena selama dalam pusat rehabilitasi, banyak hal yang berubah dan banyak hal yang tidak aku ketahui selama  dipingit di pusat rehabilitasi, karena selam di sana  aku benar-benar tidak diperbolehkan untuk keluar.

 

Para preman  bertampang sangar  yang mendatangi kantorku saat itu. Mereka  semakin marah karena aku memilih duduk diam dalam  di kursi kerjaku.

 

“Itu kantornya sudah lama tutup Bang,” ujar salah seorang warga.

 

“Eh lu juga diam gak usah ikut-ikutan!” Bentaknya lagi.

 

Mental kerupuk jange si bapak langsung melempem.

 

Tidak lama kemudian akhirnya Beny datang bersama anak buahnya.

 

Lihat selengkapnya