Secercah harapan akhirnya ada juga, kini di depan kantor, sudah berjejer motor karyawan, ruangan yang tadinya kosong kini sudah berisi, akhirnya terdengar juga suara candaan anak-anak saat istirahat.
‘Terimakasih kawan-kawan karena kalian mau bekerja lagi’ ucapku dalam hati, melirik anak-anak yang sedang bercanda, bagiku saat ini mereka bukan lagi seperti anak buah, tetapi rekan kerja, karena tanpa mereka aku tidak ada-apanya.
Akhirnya aku mendapat banyak pelajaran hidup dari apa yang aku alami selama ini, tidak selamanya kamu kuat, tidak selamanya kamu berada di atas, ada waktunya kamu berada di bawah, maka saat kamu berada di atas ingatlah untuk melihat kebawah, saat kamu berada di bawah, jangan lupa bersyukur.
Kantorku beraktivitas kembali, dalam kantor sudah diisi 25 orang karyawan.
Akhirnya berkat bantuan Beny, aku dapat menyakinkan mereka bekerja sama, dan di bantu lina, tiga proyek lelang selanjutnya yang aku dapatkan dengan harga yang lumayan tinggi, penambahan karyawan baru, wajah baru mengisi bagian kantor saat ini.
“Selamat bekerja lagi Bro, jangan melakukan kesalahan yang sama lagi seperti di masa lalu, percayalah gue yakin jika kamu hidup benar, Melani akan kembali dengan senang hati padamu,, karena aku tahu wanita Batak itu wanita yang setia,” ucap Beny.
“Baik Bro terima kasih untuk bantuannya,” ucapku dengan tulus, tanpa bantuan Beny sahabatku, aku akan tetap gembel jalanan dan seorang pemakai yang hidup terlunta-lunta di jalanan, karena dialah aku bisa bangkit seperti saat ini.
“Sama-sama.” Ucap Beny meninggalkanku.
“Lin aku ingin kamu tetap membantuku, aku ingin tetap menjadikanmu pengacara di perusahaan ini, aku harap kamu terima, walau perusahaan ku tidak sebesar yang dulu lagi,” kataku.
“Baiklah aku bersedia.” Lina menerima tanpa menolak, tanpa syarat, tanpa protes.
Wah… ada apa dengan wanita yang satu ini?
“Kamu menerima Lin, aduh terimakasih, tadinya aku pikir kamu akan menolaknya,” kataku tidak menduga, pengacara sekelas Lina bersedia menjadi pengacara perusahaan kami.