“Sini masuk Lae,” kata abang Melani yang paling besar yang sudah menikah, walau pernikahan mereka dilakukan secara sederhana, tidak diadati, karena untuk pesta adat untuk adat Batak biayanya besar, karena keluarga mertuaku tidak punya uang yang banyak, jadilah hanya resepsi sederhana,
tetapi lae terlihat begitu bersyukur dan bahagia untuk pernikahannya, karena sebentar lagi lae akan jadi seorang bapak.
Lae juga tinggal di rumah Melani saat ini, karena istrinya sedang hamil, tapi jas yang ia pakai kurang cocok di badannya, terlihat kebesaran dan warnanya juga sudah terlihat mulai memudar, padahal dalam pesta adat nanti, laeku ini pahompu siakkangan( cucu yang paling besar), bawa nama marga Nainggolan dalam pesta adat nanti.
“Bajunya kebesaran lae?” tanyaku saat melihat jas yang ia pakai.
“Iya lae, ini saja pinjam tadi sama teman, badannya lebih besar pula,” ujarnya.
Laeku hanya tamatan SMP, tidak merantau, hanya bekerja bertani di kampung, membantu Mama mertuaku menggarap sawah.
“Ini saja buat lae, sengaja aku bawa juga buat lae satu jas,” ujarku membuka koper aku memang sengaja membawa satu setelan jas untuknya.
Belum lepas dalam ingatanku saat pesta pernikahan kami dulu, lae tidak punya jas, jangankan jas, pakaian yang layak saat itu ia tidak punya.
Maka saat pesta pernikahan kami laeku terpaksa meminjam jas tetangga, karena ia berdiri sebagai pengganti bapak untuk Melani, Sebab Tulangku saat itu beberapa hari sebelum pernikahan kami meninggal karena kecelakaan jatuh dari pohon aren.
“Wah… serius lae?” raut wajah lae sangat senang.
“Iya, aku pikir badan kita sama Lae, aku sekalian beli buat lae juga.”
“Wah… mauliate laeku,” ucapnya bersemangat.
Mencoba di kamar, dugaan ku tepat, jasnya pas ia pakai, padahal saat pulang aku membelinya dadakan di butik yang biasa aku belanja, memilih warna dan model pemiliknya sendiri, yang kebetulan teman waktu kuliah, saat ingin pulang kampung kemarin, terlintas dalam pikiranku, kalau abang Melani pasti tidak punya pakaian yang layak, karena di kampung memang seperti itu.
Maka itu aku membeli dua, untuk aku satu dan untuk Lae satu, sebenarnya abang Melani ada dua, Melani anak ketiga dari delapan bersaudara, ia anak perempuan satu-satunya di keluarganya, Ada abang Melani satu lagi, hanya belum menikah, maka tidak perlu pakai jas, tapi aku membawa kemeja untuk abang dan adiknya yang belum menikah, aku juga meminta sekretaris di kantor untuk belanja untuk adik-adik Melani.
Ini salah satu upaya untuk mencari dukungan dari keluarga Melani. Mambuat roha( mengambil hati)
Bahagia mereka sederhana dan tulus, hanya di kasih seperti itu ke tujuh saudara ipar ku, senangnya luar biasa, rumah Melani mendadak rame dengan saudara-saudaranya yang terlihat sangat gembira saat memakai kemeja yang aku bawa, kemeja batik yang seragam.