Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #127

Aku Bahagia#127

Malam ini akan jadi malam yang sangat indah dalam hidupku sepanjang masa, langit dan  bintangnya seakan -akan ikut tersenyum melihat kegembiraan yang aku rasakan malam  itu.

 

“Terimakasih Melani,” ujar ku  menahan butiran air dari mataku, aku mengerjapkan mataku beberapa kali agar bendungan di kelopak mataku  tidak jatuh ke bumi.

 

“Untuk ….?” tanya Melani.

 

“Karena kamu tetap bertahan bersamaku,” ucapku dengan tulus.

 

“Iya… suami istri harus saling percaya Bang, walau jarak dan waktu memisahkan kita, tapi yang bisa membuat tetap bertahan cinta dan kepercayaan.”

 

“Itu berlaku untuk kamu Ta, tapi tidak untukku, kamu tidak akan percaya apa yang aku lakukan selama dua tahun ini, kamu tidak tahu apa yang sudah aku alami,” kataku semakin erat merangkul tubuhnya, wangi harum dari rambut Melani membuatku memejamkan mata.

 

‘Istriku sayangku’ ucapku dalam hati semakin memeluknya dengan erat.

 

“Aduh … apa yang abang lakukan ini terlalu berlebihan, kita di Dolok Martahan di kampung ku, aku menyesal mengajak mereka tadi ikut,” ucap Melani menoleh kearah mobil, di mana mata adik-adiknya tidak menghiraukan adegan kami lagi, adegan ala- ala India.

 

Menonton YouTube jauh lebih seru untuk mereka daripada menonton kami berdua.

 

“Bang kita harus ikut loh untuk rapat malam ini, ini sudah jam berapa?” ucap Melani terlihat panik, ia melirik arloji yang melingkar di tangannya.

 

“Aku tidak perduli lagi Melani, kita tidak terlalu dibutuhkan di situ, kita hanya cucu, biarkan saja anak-anaknya yang membahas semua,” ujar ku tidak melepaskan pelukanku

 

“Tapi kita harus tetap hadir Bang, bagaimana dengan  bir yang kita beli?”

 

“Biarkan saja … aku merindukanmu Melani,” ucapku bersikap  norak.

 

“Nanti bicara lagi, kita pulang dulu, lihat adik-adikku sudah bolak –balik melihat kesini.”

 

“Baiklah, tapi sebelum aku lupa mengucapkannya, aku mau bilang sekali lagi …. Terimakasih istriku,” bisikku mengulum senyum.

Kali ini aku yang tergila-gila padanya dan ia yang bersikap tenang.

 

“Aku tidak tahu ucapan terimakasih abang itu untuk apa, aku juga masih bingung melihat sikap abang malam ini, tapi untuk mempercepat waktu, aku menerima, ucapan terimakasih abang,”ujar  Melani menghela napas berat, aku tersenyum melihat raut wajah kesal dari Melani. Kini,  aku sudah berani mencubit pipi itu.

Lihat selengkapnya