Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #129

Tanteku Berulah Lagi #129

Samosir.

 

Pukul 05:00

 Suara ayam sudah mulai terdengar saling bersahut-sahutan, udara pagi makin terasa dingin menusuk  sampai ke tulang-tulang , udara di Desa Dolok Martahan memang sangat dingin, sampai jam sepuluh pagi saja terkadang  masih terlihat ber-embun.

 

Karena tipisnya selimut membuatku semakin meringkuk, bukan hanya aku yang meringkuk kedua kakak adik Edo dan Chandra juga ikut meringkuk, merasakan dinginnya Ac alami di kampung Melani.

 

Saat meringkuk kedinginan, aku merasakan tubuhku diselimuti dengan selimut tebal, tanpa membuka mata, aku menebak itu pasti Papi kalau tidak Melani, penasaran aku membuka mata sedikit mengintip, oh ternyata bukan keduanya, itu ibu mertuaku mamanya Melani, beliau menyelimuti ku  yang kedinginan.

 

Niatku tadi ingin mengagetkan kalau itu Melani, ternyata ibu mertuaku yang menyelimuti  dengan selimut tebal.

 

‘Iya ampun itu nantulang … ibu mertuaku, untung tidak aku kagetkan tadi’ ujarku dalam hati, aku menutup mataku kembali, rasanya sangat bahagia karena kedua wanita itu, ibu dan anak sangat perhatian padaku.

 

Saat matahari sudah mengintip malu- malu dari di ufuk timur, aku dan kedua lelaki muda itu, enggan untuk bangun malah tambah meringkuk, tidur lebih pulas tidak ada yang mengganggu saat ini seperti hari kemarin, mungkin karena tidak ada lagi acara yang penting, maka itu mereka membiarkan kami tidur hingga  siang.

 

Saat lagi tidur pulas di bawah selimut tebal, tiba-tiba suara yang tidak asing membangunkan ku, Melani membangunkan ku.

 

“Bang, bangun, kita jadi pergi gak?”

 

“Kemana?”

 

“Lah …, kan,  abang yang janji sama bocil-bocil itu,” kata Melani.

 

Karena baru bangun, otakku belum merespon, aku tidak ingat apa yang telah aku janjikan pada adik-adik Melani tadi malam.

 

“Apa? aku lupa.”

 

“Abang janji bawa mereka belanja’ kan?”

 

Aku kurang tidur karena keributan yang dilakukan tante Candra membuatku melupakan janji penting pada adik-adik Melani. Ini tidak boleh terjadi, mereka itu hula-hula, saudara laki-laki istri, dalam adat Batak wajib dihormati.

 

“Oh… iya, aku lupa, aku mandi dulu,” ujar ku bangun   bergegas ke kamar mandi.

 

“Ga usah mandi bang, tidak bakalan kuat, airnya pagi ini kayak es, lebih dingin dari yang kemarin pagi, karena air ini air tampungan air hujan,” kata Melani, di kampung Melani walau dikelilingi Danau Toba, tapi kampung Melani sering sekali kekurangan air, maka sering sekali air hujan ditampung untuk keperluan sehari-hari.

 

“Baiklah aku cuci muka saja.”

 

Lihat selengkapnya