Tidak ada kata cukup untuk orang yang maruk dan gila harta, itulah yang terlihat dari tante Candra saat ini, ia memiliki harta dan seorang PNS dan bapa uda juga kerja, tanteku boleh dibilang orang kaya. Tetapi harta yang ia miliki seolah belum cukup untuknya.
‘Kamu terlalu gila harta tante … Apa harus Tuhan menghukum tante seperti mami baru bisa berubah?’ tanyaku dalam hati melihatnya berteriak- teriak tidak tahu malu pagi membuatku malu.
Giliran harta mau, tetapi saat oppung masih hidup, mengurus orang tuanya tidak mau, tante ini sudah layak disebut anak durhaka. Selama oppungku hidup, mama Melanilah dan laeku Sautlah yang mengurus, wajar mereka mendapat harta oppung, karena Abang Melani Saut Pahoppu panggoaran atau cucu pertama dari keluarga Nainggolan.
“Ma, sudah dong, Mama tidak malu” Lasria anak perempuan Tante menarik tangan mamanya, ingin membawanya masuk ke rumah.
Tante orang yang sudah sinting sepertinya , masih saja teriak-teriak memanggil mamanya yang sudah meninggal, membuat ia semakin dicibir sama tetangga.
“Giliran harta, dia ingin kebaikan tapi saat mama sakit diurus juga tidak pernah,” kata seorang ibu.
“Omak ni Saut do pature-ture simatua nai, manjama tena, paridion,” ujar seorang opung tetangga Melani.
( Mama si Saut yang merawat,membersihkan kotoran dan memandikannya)
“Harusnya banggalah dia ada edanya yang mau mengurus mamanya.”
“Eh … tahe bursik mai ….”
(Maruk dia) timpal seorang ibu lagi.
“Tidak rela harta mamanya di berikan ke menantunya, padahal menantunya yang mengurus, wajar dia dapat semua,” kata Ibu yang terlihat masi muda.
Karena mendengar orang teriak-teriak para tetangga Melani keluar dan menonton tante yang seperti orang kesurupan, tetapi tidak ada satu orangpun yang bersimpati padanya malah ia dapat cacian dan ejekan, semua membela ibu mertuaku. Kami keluar dari mobil, saudara Melani semua diam, mereka hanya melihat namboru mereka berteriak, kecuali lae Saut yang bertindak sebagai pengganti bapak untuk mereka.
Tante sangat marah saat mamanya memberikan semua hartanya pada menantu yang mengurusnya, ia berpikir kalau itu semua kebohongan.
Padahal Oppung sebelum meninggal memanggil marga Nainggolan sebagai saksi, kalau emasnya di wariskan pada ibu mertuaku.
Tante Candra tidak terima apa-apa, ia tidak dapat, tetapi mamanya Melani dapat warisan Opung banyak.
Salah siapa?
Salahkan saja dirinya yang tidak pernah perduli sama orang tua.
Segala cacian diterima Tante pagi itu.
Hujatan para tetangga dan keluarga, membuat kuping serasa di bakar mendengarnya.