Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #132

Impian Jadi Kenyataan #132

 

Kami masih menunggu dengan sabar dalam  mobil, aku berharap apa yang  menjadi cita-cita lae ku jadi kenyataan, aku berharap Beny bisa membantunya walau harus  menggunakan uang, aku bersedia membayarnya.

 

Setelah menunggu berapa lama, suara telepon berdering

 

Dengan cepat-cepat aku mengangkat ponselnya dan menarik napas berat, tegang rasanya, bukan hanya aku saja yang merasa tegang, mereka menatapku dengan tatapan menunggu.

 

“Halo, bagaimana Ben?” tanyaku, aku sengaja tidak speaker lagi.

 

“Bagus Bro, aku sudah memeriksa data yang kamu kirim, dia sudah mengikuti banyak seleksi dan tes. Sebenarnya .... Dalam berkas itu, dia sudah dinyatakan lulus. Dengan persyaratan di harus bayar, artinya Jika saat itu dia ada uang sebenarnya sudah bisa masuk polisi."

 

"Lalu bagaimana Bro? Kalau masuk pakai uang gapapa aku akan bayar," ujarku.

 

"Tidak usah, aku bisa bantu. Di sini dia tidak usah mengikuti seleksi dan tes lagi, mungkin bisa langsung diterima karena nilainya bagus, aku memperlihatkan langsung pada atasanku, Komandanku setuju, dia meminta membawa ipar mu langsung  ke Jakarta. Nilainya bagus, jangan khawatir aku pastikan dia masuk,” ujar Beny dengan yakin.

 

“Maksudnya …?”

 

“Ya bisa diterima tanpa harus diseleksi lagi, karena dia sudah lulus seleksi dari tes sebelumnya, dia gagal karena tidak ada yang menjamin, sekarang aku yang menjaminnya dan membawanya masuk. Tenang saja sembilan puluh persen masuk,” ujar Beny yakin.

 

Mendengar itu, aku orang paling bahagia saat itu, aku menatap mereka satu persatu.

 

“Bagaimana Bang ?” tanya Melani hampir menangis.

 

“Kamu di terima lae,” kataku memeluk lae Rudi, tetapi lelaki bertubuh tinggi tegap itu seolah-olah tidak yakin ia hanya diam.

 

“Maksudnya dia diterima, tidak usah ikut seleksi lagi?” Melani bertanya lagi.

 

“Iya Lae?” Rudi menatapku dengan wajah memerah seolah-olah tidak percaya.

 

"Toho do laekku?"

 

(Serius Bang?)

 

“Iya, lae harus ikut sama kami ke Jakarta,” ujar ku bersemangat.

 

“Iya ampun … serius ini Bang?” Melani masih belum percaya.

 

Tiba-tiba Melani maju ke jok depan, lalu ia memelukku dan memeluk Lae Rudi.

 

“ Selamat iya Ito.” Melani  memeluknya dan ia menangis sesenggukan.

 

Lihat selengkapnya