Masakan khas Batak ini memang mantap banget rasanya, apalagi ibu mertuaku dan Melani yang masak mantap .... saat Makan Nanipar dan daun singkong tumbuk, ibu mertua menyapa pun tidak digubris saking enaknya.
Saat makan bersama, ternyata Bapa uda kembali lagi, ia hanya mengantar ketiga anak lelakinya pulang duluan ke bandara.
Bapa uda bilang, ia tidak akan merasa tenang karena perbuatan istrinya, ia harus meminta maaf pada hula-hulanya dan ke makam mertuanya.
Bapa uda bilang ia dihantui rasa bersalah karena tidak ikut membiayai biaya pemakaman mertuanya.
Setelah acara makan selesai dan penutupan acara sudah selesai saat ini hanya acara santai acara bebas.
“Lae, makkatai jo au saotik, ala ni mohop di ate-ate na bodari dang adong be adat niba na marhula-hula dohot na markeluarga.”
(Lae saya ingin bicara sedikit karena emosi tadi malam saya tidak ada sopan santun untuk keluarga ini, karena saya langsung pergi, saya minta maaf)
Bapa uda suami tante membuka obrolan serius lagi, semua keluarga diam mendengar.
“Iya Lae, kami mengerti,” ucap Tulang yang dari Bekasi.
“Ini Lae dari saya hela, tidak usah lihat dari istri saya, ini dari pribadi saya sebagai menantu.”
Bapa uda memberikan 20 juta dalam amplop untuk patungan biaya pemakaman oppung, tidak cukup itu saja, seakan membungkam mulut istrinya, Bapa uda membagi-bagi amplop untuk semua tetangga yang ikut membantu pemakaman oppung.
Tante tidak bisa ngomong apa-apa lagi, ia hanya diam tidak berkutik, keburukan istri akan tertutupi jika suaminya bertindak dan melakukan hal yang benar.
“Bang aku baru ingat, botol minuman yang kita beli sama kacang malam itu masih disimpan kan?” Melani menatapku.
Jika keluarga saling memaafkan maka kesalahpahaman pasti tidak akan semakin panjang, karena dalam satu keluarga kata orang tua dulu.