CALL YOU MINE

Fadila Damayanti
Chapter #1

IDE GILA

"Tuhan memang satu, kita yang tak sama. Haruskah kita lantas pisah meski sama-sama suka beng-beng." Gilang menyanyikan lagu itu sepanjang koridor. Ditambah lagi tangannya yang seolah-olah sedang memegang mikrofon. Apalagi ekspresi cowok itu dibuat-buat sehingga mengundang tawa dari siswa-siswi yang berpapasan dengannya.

"Nggak usah curhat juga, Lang." komentar Malik. Memang, sudah beberapa hari ini Gilang selalu menyanyikan lagu tersebut.

Gilang mendesah lesu kemudian mengembalikan eskpresinya seperti semula. Lelaki itu mengacak pelan rambutnya. "Hidup gue kok begini amat."

"Kan dulu udah gue nasehatin, lo malah bilang kalau cuma main-main." Rian menyahut. Lelaki bertubuh jangkung itu tidak habis pikir.

Deva menepuk bahu Gilang. Seolah-olah ia simpati kepada nasib sahabatnya. "Makanya, jangan baperan jadi orang."

"Jujur ya, Lang. Gue sempet kaget, sih, Leona mau lo gebet." Rian berujar lagi.

"Apalagi, setahu gue yang suka sama Leona itu banyak." timpal Malik.

"Mon maap, ya, Lang. Ini jujur, yang suka Leona itu kebanyakan ganteng-ganteng, bening." Deva ikut-ikutan. Menambah hawa panas di hati Gilang.

"Terus maksud lo gue buluk gitu?" tanya Gilang. Nada suaranya sedikit meninggi.

"Ya bukan gitu, Lang. Sensi amat lo," balas Deva.

"Mungkin, dulu Leona mau gue deketin karena gue cowok humoris. Kalian tahu sendiri kan, kalau Leona itu gampang ketawa." tutur Gilang, mengingat kembali kisah singkatnya bersama Leona.

"Ya, udah, Lang. Besok kalau jodoh juga balik lagi ke lo." timpal Malik. "Lagi pula kalau dipikir, kalian masih muda. Jalan kalian juga masih panjang, ngapain Leona buru-buru ngejauh karena kalian enggak seiman?"

"Leona takut perasaan kita makin dalem, makin rumin nanti katanya." jelas Gilang. "Gue juga nggak mungkin maksa Leona buat bertahan sama gue, kan?"

"Lo yang ngelepasin, lo juga yang nyesel?" setelah sekian lama terdiam dan menjadi pendengar yang baik, akhirnya Dipta membuka suara.

"Lo mah gitu, Dip. Ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya baru tahu rasa lo." jawab Gilang.

"Makanya minum es teh biar seger." kata Rian sembari menarik kursi di meja paling pojok. Meja paling favorit mereka berlima.

"Apaan sih, njir! Nggak nyambung." Deva menggeplak kepala Rian.

"Rian, kan, emang sarafnya ketuker-tuker makanya kalau ngomong sering nggak nyambung." sahut Malik.

Lihat selengkapnya