Dipta membawa tumpukan buku tulis di tangannya. Setelah pelajaran biologi berakhir, Bu Leli meminta anak-anak untuk mengumpulkan buku tulis mereka. Mengecek satu per satu catatan satu minggu sekali untuk mendisiplinkan siswa. Tujuannya agar tidak ada satupun siswa yang ketinggalan materi.
Lelaki itu mengikuti Bu Leli menuju kantor guru. Meletakkan buku pada meja kemudian pamit kembali ke kelas.
"Eh, bentar." ujar Bu Leli. "Setelah ini tolong ke kelas 11 IPA 2 ya, panggilkan Yurisa."
"Baik, bu." jawab Dipta.
Selepas dari kantor guru Dipta benar-benar melaksanakan perintah Bu Leli untuk memanggilkan Yurisa. Dipta baru tahu kalau Yurisa itu anak kelas 11 IPA 2. Lantas, kemana selama ini gadis itu bersembunyi? selama hampir dua tahun sekolah di sini, Yurisa jarang terlihat. Atau, malah Dipta yang terlalu tidak peduli.
Dipta melirik dari balik jendela. Mengamati suasana kelas yang masih berisik, berarti guru belum masuk kelas.
Tanpa babibu, Dipta memasuki kelas begitu saja. Mengabaikan puluhan pasang mata yang menatapnya aneh. Mungkin mereka berpikir kalau Dipta salah masuk kelas.
"Yurisa," panggil Dipta dengan datar.
Kelas yang sempat hening karena kedatangan Dipta berubah mejadi gaduh ketika cowok itu memanggil nama Yurisa. Sebagian dari mereka meledek 'cie-cie' sebagai andalan.
Gadis yang merasa dipanggil mengalihkan pandangannya dari buku. Matanya bertubrukan dengan Dipta. Cowok itu memberi kode kepada Yurisa untuk mengikutinya keluar kelas.
"Ciee! yang punya pacar emang beda." ucap salah satu cowok.
"Sekarang udah makin nempel aja," sahut yang lainnya.
Yurisa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Teman sekelasnya memang suka berlebihan.
"Kenapa, Dip?" tanya Yurisa ketika ia sudah keluar kelas.
"Dicari Bu Leli." ujarnya datar kemudian berlalu begitu saja.
Yurisa berdecak sebal. Selain muka datar, ternyata Dipta hobi ninggalin orang sebelum diberi jawaban. Seenggaknya tunggu sampai Yurisa bilang terimakasih dulu. Kebiasaan.
"Dip." panggil Yurisa. Gadis itu berusaha menyejajarkan langkahnya. Bahkan ia harus berlari kecil karena Dipta berjalan cukup cepat. Sembari menggerutu kecil karena Dipta tidak ada niatan berhenti berjalan cepat.
"Dipta," Yurisa berhenti tepat di depan cowok itu.
Dipta menaikkan sebelas alisnya. Menatap malas Yurisa seolah cewek itu adalah pengganggu.
"Gue mau tanya," ucap Yurisa.
"Apa?"
"Kita masih?" tanya Yurisa pelan. Takut menyinggung perasaan Dipta.