Pagi ini kelas 11 IPA 2 sedang pelajaran olahraga. Setelah melakukan pemanasan, mereka diberi kebebasan untuk bermain bola besar karena Pak Han ada urusan di sekolah tetangga.
Cowok-cowok memilih untuk bermain futsal. Mereka sudah membentuk tim. Sedangkan anak-anak cewek cukup jadi suporter di pinggir lapangan. Mau disuruh ikut main pasti juga tidak bisa.
"Yur, lo jaga di pojokan sana. Ngambilin bola ntar kalau bolanya keluar." perintah Aldi si ketua kelas.
"Sendirian?" tanya Yurisa.
"Iya lah. Biar cewek yang lain jaga pojokan lainnya. Hitung-hitung flashback waktu lo jadi anak bawang." ujar Aldi lagi.
"Anak gawang maksud lo?" Hendra membenarkan kalimat Aldi.
"Iya itu maksudnya."
"Emang lo pernah jadi anak gawang, Yur?" Ezra mulai kepo.
"Woy! Kemana aja lo selama ini anjay. Gini-gini Yurisa pernah masuk tipi gara-gara jadi anak gawang." jelas Aldi.
Yurisa memutar bola matanya malas. "Dulu gue digandeng masuk lapangan, bukan jadi tukang ngambilin bola kaya gini."
"Ya sama aja. Uda buruan sono!" perintah Aldi.
Yurisa mendengus sebal. Ingin protes tetapi urung ketika melihat Aldi bertolak pinggang. Bersiap mengeluarkan pasal-pasal ketua kelas. Tanpa perlu diberi tahu lagi, Yurisa sudah hafal.
Permainan dimulai dan Yurisa hanya duduk selonjoran di pojokan lapangan. Melirik kanan kiri seperti anak ayam kehilangan induknya. Sesekali gadis itu berdiri untuk meregangkan ototnya yang pegal karena tak melakukan kegiatan apapun.
"Ambilin, Yur."
Yurisa menurut. Pertama kali mendapat tugas mengambil bola.
Jeritan cewek-cewek membuat suasana lapangan menjadi gaduh. Apalagi hari ini matahari bersinar cukup terik. Menambah hawa panas antar kedua kubu.
Babak pertama berakhir. Membuat Yurisa melangkahkan kakinya menuju gerombolan anak-anak yang sedang berteduh. Perempuan berkuncir kuda itu sesekali menyanyi lagu frozen. Bergerak kesana kemari seolah-olah dirinya adalah Elsa.
Kadang kala Yurisa menjadi cewek pemalu, namun kadang pula ia menjadi gadis yang tak tahu malu. Seperti ini contohnya.
Bukannya duduk istirahat, Yurisa malah bergelayutan manja di ring basket yang sengaja dipinggirkan oleh anak-anak.
"Istirahatnya tiga menit, oke?" ujar Yurisa sembari melirik jam yang melingkar di tangan kirinya.
"Cepet amat!" seru Hasan.
"Cukup kok kalau cuma buat napas." balas Yurisa. "Ayo main lagi. Biar cepet-cepet istirahat."
Anak-anak cowok langsung menyetujui ucapan Yurisa. Kalau mereka lebih cepat melakukan olahraga, otomatis waktu istirahat akan lebih banyak. Ke kantin lebih leluasa. Main game juga bisa lebih lama. Mantab jiwa.
"AYOK!" ucap Kemal semangat.
Suara peluit yang ditiup Gita dengan sekuat tenaga menandakan babak kedua sudah dimulai. Kedua tim tampak beradu strategi untuk menjebol gawang lawan.
"YURISA AWAS!!"
BUGH!
Yurisa membuka sedikit sebelah matanya yang semula terpejam erat. Dihadapkan dengan dada bidang serta pundak kokoh milik seseorang yang kini berdiri tepat di depannya.