"Kok gue nggak pernah lihat Yurisa lagi?" celetuk Rian memecah keheningan di antara teman-temannya. Sedari tadi Rian memperhatikan orang yang berlalu lalang di kantin tetapi tidak menemukan keberadaan Yurisa.
"Ngapain lo nanyain Yurisa?" suara Malik. "Suka ya lo sama bini temen? Parah lo, Yan."
"Sembarangan!" Rian menjadi sewot. "Heran aja, masa jarang banget ke kantin. Emang tuh cewek kalau istirahat larinya kemana?"
"Ke perpustakaan, baca buku." sahut Gilang lalu memasukkan potongan kentang ke dalam mulutnya.
"Tahu dari mana, Lang?" tanya Rian.
"Gue kalau cari tahu tentang seseorang nggak tanggung-tanggung. Sampai kebiasaannya di sekolah gue cari tahu." jelas cowok itu.
"Berarti lo tahu dong alamat rumahnya? Kasih gih ke Dipta. Biar bisa malam mingguan ke rumah pacar." ledek Malik.
Gilang berdecak. "Ya nggak sampe alamat rumahnya juga, Lik. Cuma tau nama, kelas sama kebiasaan Yurisa di sekolah."
"Eh, Dip. Kemarin gue liat susu kotak di laci lo. Mau gue minum tapi nggak jadi." ujar Deva. Teringat kemarin siang jika ia melihat susu kotak di laci Dipta. Padahal, setahu Deva, selama ini Dipta tidak pernah benar-benar menyempatkan diri untuk membeli susu kotak.
"Tumben lo beli susu, Dip?" Gilang menyerit heran.
"Gak beli," balasnya cuek.
"Emang dapet dari mana?" tanya Rian kepo.
"Yurisa."
Jawaban singkat itu mengundang kekehan dari teman-temannya. Takjub dengan usaha Yurisa untuk meluluhkan hati Dipta yang lama sudah membeku.
"Yurisa perhatian, ya. Jadi pengen punya pacar kaya dia." ucap Gilang setengah meledek.
"Kayaknya yang wajib bersyukur itu Dipta. Udah pacarnya cantik, imut, perhatian lagi." sahut Rian.
"Nah, bener tuh. Palingan Yurisa sering ngelus dada kalau inget punya pacar yang pelit omong kaya Dipta." Malik ikut-ikutan.
"Eh, kalian mau tau info terbaru nggak?" ucap Deva tiba-tiba sembari menunjukkan ponselnya.
"Apaan?" sahut Gilang cepat.
"Udah ada yang follow-followan instagran lho. Cieee!" seru Deva, menyindir.
"Siapa siapa?" tukas Malik cepat, tak sabaran.
"Nih, yang lagi duduk sebelah gue!" balas Deva kemudian tertawa. Melirik Dipta yang kini menatapnya garang.
"Ah! Dipta, diem-diem gitu." ledek Gilang lagi.