Akhir-akhir ini Yurisa cukup berani untuk mendekati Dipta. Meskipun hanya sebatas menyapa saat berpapasan, tapi itu cukup membuat Yurisa senang. Ia masih ingin menjalankan misinya. Pantang menyerah sebelum berhasil.
Pagi ini Yurisa berangkat lebih awal karena ada piket. Gadis itu lantas mulai menyapu dan membersihkan papan tulis. Sampai suara langkah kaki seseorang membuat Yurisa buru-buru mendekati pintu. Mengintip dari celah-celahnya.
Senyum Yurisa mengembang sempurna. Sesuai dengan dugaannya, itu Dipta. Yurisa jadi tahu jam berapa biasanya Dipta sampai sekolah.
Bukan Dipta namanya kalau tidak tahu jika sedang diawasi. Lelaki itu berhenti tepat di depan kelas 11 IPA 2. Ia menoleh sekilas, mendapati Yurisa yang sedang bergelayutan di pintu sambil senyum-senyum nggak jelas. Jangan lupakan sapu yang masih setia bertengger di tangan kanannya. Membuat Dipta menatap Yurisa dengan aneh.
"Selamat pagi, Dipta!" sapanya dengan semangat. Wajah Yurisa berseri-seri seperti baru saja mendapat hadiah.
Dipta mendengus. Kalimat sama yang selalu Yurisa lontarkan tiga hari ini setiap pagi. Dipta juga tidak tahu apa maksud gadis itu. Yang jelas, Dipta tidak tertarik sama sekali.
"Sudah sarapan kah? Yurisa bawa susu kotak dua lho. Dipta mau?" tawarnya pada Dipta.
"Gak, makasih!" balas Dipta dengan ketus. Berharap Yurisa akan berhenti merusuh.
"Jangan galak-galak, nanti kalau kena karma jadi suka!" balas Yurisa ngawur.
"Sesuka lo aja." balas Dipta cuek.
"Maunya suka sama lo, tapi sampai sekarang belum. Tungguin aja, jangan kemana-mana."
"Jangan suka gue." ucap Dipta penuh peringatan. Ia menatap Yurisa seolah-olah ingin memakan gadis itu hidup-hidup.
"Kenapa sih, lo selalu bilang gue nggak boleh suka sama lo?" tuntut Yurisa. Tidak ada nada marah, tapi wajahnya berubah menjadi jutek.
"Terus kenapa lo maksa banget mau suka sama gue?" Dipta bertanya balik.
Yurisa menjadi gelagapan. Tidak siap mendapat pertanyaan ini dari Dipta. Tatapan mata cowok itu semakin membuat Yurisa merasa terpojok.
"Gue nggak maksa, tapi kan perasaan enggak ada yang tahu. Siapa tahu nanti jam 10 gue udah suka sama lo gara-gara lo ngajakin gue ke kantin." Yurisa berusaha berkelit meski posisinya sudah mepet.
"Cewek sarap." gumam Dipta.
"Gue denger ya, lo ngomong apa." omel cewek itu.
Dipta memilih untuk tidak merespon. Melangkahkan kakinya lagi untuk segera ke kelas. Tidak betah lama-lama bertemu Yurisa.
"Dipta! Belajar yang rajin, ya!" teriak Yurisa yang diakhiri dengan kekehan kecil dari gadis itu. Untung saja koridor masih sepi sehingga tidak ada yang melihat tingkah Yurisa.
Sifat Yurisa terhadap Dipta berubah dan itu karena Kayana. Setiap hari Kayana selalu memberi Yurisa tumpukan buku-buku novel remaja koleksinya. Memberi pengetahuan tentang cinta-cinta yang membuat Yurisa hanya bisa mengangguk patuh.