Bel istirahat berbunyi nyaring membuat Kayana buru-buru menarik Yurisa ke kantin setelah Pak Edi keluar kelas.
"Kay, gue mau belajar." tolak Yurisa di tengah jalan.
"Iya, nanti. Sekarang makan dulu." jawab Kayana tak mau mengalah. Cewek itu tetap menyeret Yurisa sampai kantin.
"Tapi, Kay!"
"Udah. Lo nurut aja sama gue. Lo masih mau menjalankan misi meluluhkan hati Dipta kan?"
Yurisa berdecak malas. "Justru itu. Gue lagi nggak mau ketemu Dipta. Dia pasti lagi di kantin."
"Kenapa emangnya nggak mau ketemu?" tanya Kayana penasaran.
"Dipta bilang, kalau gangguin dia gue bakalan dihukum sama Pak Zul."
Kayana menyentil kening Yurisa gemas. "Lo tuh cuma dibohongin Dipta! Mana sempet Pak Zul ngurusin kehidupan asmara kalian."
Yurisa terdiam. Berusaha mencerna ucapan Kayana barusan. Jadi, Dipta berbohong kepadanya. Yurisa memicingkan matanya, menyiapkan diri untuk balas dendam dengan Dipta.
"Cowok lo tuh, Yur. Samperin kek mumpung sendirian."
"Masa gue mulu yang nyamperin dia. Nanti dikira gue kecentilan lagi." keluh Yurisa. Selama ini, Yurisa tidak pernah melakukan hal seperti ini kepada cowok. Tapi sekarang keadaanya berbanding terbalik setelah bertemu Dipta.
"Katanya mau buat Dipta suka sama lo, gitu aja masa udah ngeluh." ujar Kayana membakar semangat Yurisa. "Udah samperin sana."
Yurisa menarik napas dalam-dalam. "Oke!"
Kayana tersenyum puas. "Bagus! Itu baru sahabat gue."
Yurisa berjalan menghampiri Dipta yang duduk sendirian. Tidak tahu kemana teman-temannya yang lain.
"Dipta," sapa Yurisa pertama kali. Gadis itu menarik kursi kosong di depan tempat duduk Dipta. Sedangkan yang disapa tidak menyahut, malah ia membuang muka seolah-olah Yurisa itu tidak ada.
"Gue minta maaf soal tadi pagi." cicit Yurisa takut-takut.
Dipta memutar bola matanya malas. Menjawab ucapan Yurisa dengan deheman saja. Demi apapun Dipta sedang tidak ingin di ganggu. Tapi dengan keras kepala Yurisa malah masih nekat mengganggunya.
"Yang gue bilang tadi pagi kurang jelas?" tanya Dipta lirih tapi menusuk. Terdengar jelas bahwa nada bicara Dipta menunjukkan ketidaksukaan.
"Lo bohong kan?" cecar Yurisa.
"Soal?"
"Hukuman dari Pak Zul!"
Dipta tersenyum miring. "Terserah lo mau percaya apa enggak."
"Ck. Gue lagi berusaha buat lo suka sama gue. Jadi, jangan halangi jalan gue." ujar Yurisa terang-terangan.
"Jangan-jangan lo udah suka sama gue?" ledek Dipta yang sukses membuat Yurisa menegakkan badannya. Melotot tidak terima.
"Kan udah gue bilang! Lo duluan yang harus suka gue!" gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal.
Dipta tersenyum mengejek. "Lo bilang, perasaan nggak ada yang tahu." cowok itu membalikkan perkatan Yurisa kemarin.
Yurisa terdiam beberapa saat. Perasaannya seperti dicampur aduk. Dipta selalu bisa membuat perasaannya jadi tidak menentu seperti sekarang. Ia menghembuskan napas pelan. Menahan untuk tidak mendebat Dipta sekarang juga.
"Di kepala gue ada banyak pertanyaan buat lo, Dip." ujar Yurisa serius. Raut wajahnya tak sebecanda tadi.
"Tanya aja." balas Dipta cuek.
"Iya, tapi enggak sekarang. Gue masih sabar ngadepin sikap cuek lo. Gue juga masih mau belajar beradaptasi sama lo." jawab Yurisa jujur.