Kali ini Yurisa tidak mengunggu Dipta lewat kelasnya. Melainkan menunggu Dipta di depan kelas cowok itu. Yurisa yakin Dipta pasti berangkat pagi.
"Jangan duduk di situ." peringat Dipta saat ia melihat Yurisa duduk di tepian pembatas lantai dua—kompleks kelas 11. Takut jika Yurisa jatuh dari lantai dua.
Gadis itu lantas menghampiri Dipta. Masih dengan tingkahnya yang seperti anak-anak. Ceria dan berseri-seri. Seolah-olah tidak ada beban di hidupnya.
"Nanti pulang sekolah ikut yuk." ajaknya.
"Kemana?"
"Beli hp baru." balas Yurisa.
"Gak usah."
"Kenapa?"
"Udah punya baru."
"Sejak kapan?"
"Kemarin siang,"
"Kata Gilang lo gak punya hp, semalem gue chat dia." beri tahu Yurisa.
"Udah tau."
Yurisa mendengus sebal. "Katanya gue harus tanggung jawab."
"Bercanda."
"Ciee! Sekarang udah mulai bercandaan!" ledek Yurisa kemudian gadis itu terkekeh. Matanya berkedip beberapa kali bermaksud menjahili Dipta.
"Kelilipan?" tanya Dipta dengan datar.
"Enggak!"
"Oh," balas Dipta.
Detik selanjutnya cowok itu hendak berjalan memasuki kelas bersamaan dengan Yurisa yang hendak menghadang Dipta. Menahan cowok itu lebih lama. Lagi pula bel masuk masih sangat lama. Namun, tanpa sengaja kakinya tersandung kaki mungil Yurisa sehingga mereka berdua hampir jatuh. Untung saja lengan Dipta segera merengkuh pinggang Yurisa. Membuat posisi keduanya begitu dekat.
Seakan tersadar. Keduanya segera menjauh dari posisi tersebut. Dipta yang memang dasarnya pandai menyembunyikan ekspresi wajah hanya terlihat biasa saja. Tetapi berbeda dengan Yurisa, pipi gadis itu sudah merah merona.
Yurisa berdehem pelan. "Kaki lo nggak apa-apa?"
"Gapapa."
"Tadi keinjek kaki gue, sakit enggak?"
"Dikit."
"Tapi bisa jalan kan?"
"Ya bisa lah!"
"Ya udah ayok kapan?!!"
"Nanti pulang sekolah." jawab Dipta dengan cepat membuat Yurisa membeku di tempat.