Sesampainya di timezone, Yurisa segera berpegangan pada tas Dipta karena timezone kali ini begitu ramai. Wajahnya berseri, begitu antusias melihat banyaknya permainan di depan mata. Terakhir Yurisa datang ke tempat ini sekitar dua bulan lalu bersama Kayana.
"Basket, yuk!" Yurisa menarik lengan Dipta ke street basketball meskipun cowok itu belum sempat menjawab. Yang dilakukan Dipta hanya menuruti saja, membuat orang bahagia akan mendapat pahala. Aamiin.
Setelah siap, ia langsung melempar bola ke dalam ring. Sayangnya, belum ada satupun bola yang masuk. Yurisa malah sebal sendiri. Apalagi melihat Dipta yang bermain di sampingnya sudah berhasil mencetak banyak poin.
"Bukan gitu," ujar Dipta yang melihat Yurisa memegang bola tidak benar.
"Terus?"
"Itu namanya lempar bola, mana bisa masuk ring." ujar Dipta.
Cowok berperawakan tinggi itu bergeser mendekati Yurisa. Kemudian berdiri di belakang cewek itu. Membenarkan letak tangan Yurisa dalam memegang bola.
Yurisa yang diperlakukan seperti itu hanya mampu menahan napas. Jarak mereka begitu dekat, untungnya mereka tidak saling berhadapan. Bisa-bisa Dipta melihat pipi Yurisa yang bersemu merah.
"Dorong bukan lempar." jelas Dipta.
Yurisa menurut, mengikuti perintah Dipta.
"Yeeeyy!" Yurisa bersorak senang ketika bola itu berhasil memasuki ring. Senyumnya mengembang sempurna saking senangnya. Dipta yang melihat itu langsung mengalihkan pandangannya. Mengamankan matanya karena terlalu suka melihat senyum manis Yurisa.
Usai bermain basket, Yurisa mengajak Dipta bermain monster drop.
"Buruan main, gue tungguin." ujar Dipta.
Diluar dugaan, Yurisa malah menggeleng. "Lo yang main, gue yang nungguin."
"Gak." tolak Dipta cuek.
"Ayo dong!" Yurisa menatap Dipta dengan memelas. Mencoba membuat cowok itu luluh dengannya.
"Iya iya iya!" Dipta segera mengambil tempat. Lalu mulai memainkan game tersebut.
Yurisa berbinar ketika Dipta menghasilkan banyak tiket. Gadis itu berinisiatif untuk mengumpulkan tiket menjadi satu kemudian menukarnya nanti.
Sebuah ide jahil terbesit di kepala Dipta. Ia melirik Yurisa yang sibuk menata tiket-tiket tersebut.
"Rapihin," titah Dipta.
"Ini juga baru dirapihin." balas Yurisa tanpa menoleh.
Tangan Yurisa mulai pegal menata tiket yang sedari tadi tidak berhenti keluar. Bahkan di sampingnya sudah ada beberapa tumpuk.
Gadis itu mendongak. Menatap Dipta sebal karena masih sibuk bermain game.
"Lo ngerjain gue, ya?" tanya Yurisa setengah dongkol.
"Ngerjain apa?"
"Udah nggak usah main lagi! Sekarang bantuin tata ini!"
"Kan bagian lo."
Yurisa lantas berdiri dan merebut powercard di tangan Dipta. Menyembunyikan pada tasnya. Kalau dibiarkan bisa-bisa Dipta tidak berhenti.
Dipta menyunggingkan senyum tipis kemudian membantu Yurisa membereskan tiket tersebut.
Hanya menata, karena yang membawa semuanya Yurisa sampai gadis itu kuwalahan sendiri.
"Ayo main capit!" rengek Yurisa seperti anak kecil. Ia menarik-narik lengan Dipta untuk menuruti kemanuannya.
"Capit mana?"
"Itu yang ada boneka gajahnya!" Yurisa menunjuk salah satu permainan capit boneka yang menyediakan boneka gajah. Yurisa sangat suka boneka gajah bahkan di rumah sudah ada beberapa boneka gajah.
"Ya udah ayo," kali ini Dipta yang menarik Yurisa. Menggenggam tangan mungil gadis itu untuk segera mengikutinya.