CALL YOU MINE

Fadila Damayanti
Chapter #13

HERMAN & YURISA

Kali ini kelas 11 IPA 2 terlihat kondusif. Tidak ada suara sama sekali karena sibuk memikirkan jawaban masing-masing. Memutar otak untuk mengerjakan soal matematika di depan mereka. 

Waktu mengerjakan tinggal setengah jam dan Yurisa sudah selesai. Gadis itu tinggal mengecek ulang jawabannya. Berbeda dengan Herman, cowok yang duduk di belakang Yurisa itu sudah kelimpungan. Kakinya menendang-nendang kursi Yurisa agar cewek itu mau berbalik. 

Yurisa hanya melirik sekilas. Bukannya pelit, tapi saat ini Pak Jeje sedang mengamati siswa-siswinya. Yurisa takut jika ia berbalik maka Pak Jeje akan memergokinya. 

Tak kehabisan akal. Herman pura-pura menjatuhkan bolpoin. Membuat beberapa pasang mata menatap Herman dengan horor. Termasuk Pak Jeje, hanya saja Pak Jeje terlihat memaklumi dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain. 

"Yur, nomer 12 sama 15 apa?" bisik Herman yang sudah berjongkok di samping kursi Yurisa. 

"B, a," jawab Yurisa begitu lirih. 

"Kalau nomer 18?" tanya Herman lagi. 

Tapi Yurisa tak menanggapi karena Pak Jeje sedang mengawasi. Yurisa kembali mengecek pekerjaannya.

"Pelit lo, Yur." gerutu Herman. 

"Herman Prasetyo!" sentak Pak Jeje membuat Herman menyembulkan kepalanya ke atas meja. 

"Hadir pak," balas Herman salah fokus. Ia kira Pak Jeje sedang mengabsen siswa-siswinya. 

"Ke depan kamu!" perintah Pak Jeje. "Bawa kertas hasil ulangan kamu." 

Meskipun sedikit bingung tetapi Herman tetap menuruti perintah Pak Jeje. Berdiri di samping Pak Jeje dengan tampang tak berdosanya. 

"Yurisa Keiko, kamu juga ke depan!" 

Beda lagi dengan Yurisa. Gadis itu sudah was-was dengan apa yang akan dilakukan Pak Jeje. Kelas juga mulai tidak kondusif. Semua mata memandang Yurisa dan Herman yang susah berdiri di samping Pak Jeje. 

"Ini adalah contoh teman kalian yang tidak niat dalam penilaian harian saya." ucap Pak Jeje tegas. 

Bisik-bisik mulai terdengar. Membicarakan apa yang dilakukan dua orang tersebut sehingga Pak Jeje menyuruh Yurisa dan Herman berdiri di depan kelas. 

"Herman, jangan kira saya tidak tahu akal-akalan kamu. Murid modelan kamu udah saya temuin sejak enam tahun lalu." jelas Pak Jeje panjang lebar sehingga membuat anak-anak lain ketir-ketir. 

"Yurisa saya juga tahu jiwa solidaritas kamu begitu tinggi." lanjut Pak Jeje. 

"Kelas ini kompak?" tanya Pak Jeje kepada seluruh murid. 

"KOMPAK PAK!" jawab mereka serentak. 

Lihat selengkapnya