"Dipta!" Yurisa melambaikan tanggannya saat Dipta berjalan menuju bangku kosong di taman. Dipta hanya menoleh sekilas.
Yurisa yang sedang belajar itu lantas membereskan buku-bukunya kemudian menghampiri Dipta. Berjongkok di samping cowok yang saat ini merebahkan badannya di kursi panjang.
Yurisa tersenyum tatkala mengamati Dipta yang memejamkan matanya. Aneh, kenapa nggak tidur di uks saja? Padahal di sana malah ada AC.
"Udah puas liatin gue?" tanya Dipta tanpa membuka matanya.
Yurisa menggeleng. "Belum,"
Akhirnya Dipta menoleh. Sejenak, ia menatap wajah Yurisa. Mata bulatnya, pipi chubbynya, poni depannya, bibir mungilnya yang entah kenapa kali ini terlihat pucat. Jika diperhatikan Yurisa seperti bukan orang Indonesia.
"Yur,"
"Iya?"
Dipta ingin menanyakan keadaan gadis itu, tetapi harus urung karena tidak mau membuat Yurisa semakin kepedean.
"Lo blasteran, ya?" tanya Dipta. Kalimat itu yang akhirnya keluar dari mulut Dipta.
"Iya." balas Yurisa kemudian terkekeh. "Blasteran manusia sama bidadari."
Dipta berdecak sebal. Ketika ditanya serius gadis itu malah membalas dengan candaan. Dipta mengubah posisinya menjadi duduk dan menghadap pada Yurisa.
"Gue cantik, kan?" tanya Yurisa tiba-tiba.
Iya, lo cantik.
Ingin menjawab seperti itu tapi gengsinya terlalu tinggi. Bisa-bisa Yurisa jadi kegeeran. Maka dari itu, Dipta memilih bungkam.
"Lo ngapain di sini?" Dipta mengalihkan topik pembicaraan.
"Belajar," jawab Yurisa sembari mengangkat bukunya untuk ditunjukkan pada cowok itu.
Dipta hanya membalas dengan gumaman. Tiba-tiba teringat kata-kata Gilang saat ia pertama kali memberi informasi tentang Yurisa bahwa gadis itu suka belajar di taman.
"Lo sendiri ngapain?" tanya Yurisa.
"Mau berenang." balas Dipta datar.
Yurisa mengerjab beberapa kali. "Emang nggak kotor? Kolam itu kan kolam ikan. Nanti badan lo bau lagi."
Dipta menarik napasnya dalam. Berusaha meredam kekesalan atas balasan Yurisa yang kelewat polos.
"Nggak jadi renang."
"Terus?" Yurisa mengangkat alisnya pertanda masih menunggu jawaban dari Dipta.
"Mau ketemu lo, puas?"
Yurisa mengangguk percaya. "Oh, gitu."