"Pa, main ke pantai, yuk. Yurisa kepengen." ucap Yurisa kepada papanya.
"Kapan?" tanya Haris tanpa menghentikan acara membaca korannya.
"Ya kapan papa nggak sibuk?" Yurisa bertanya balik.
"Papa selalu sibuk." balas Haris terdengar datar.
Yurisa terdiam. Harus menelan kekecewaan kala papanya selalu menolak ajakan Yurisa. Harusnya ia sudah terbiasa, tetapi setiap kali mendengar nada dingin dari papanya membuat Yurisa bertanya-tanya dalam hati. Gadis itu tersenyum getir, papanya terlalu sibuk membuat Yurisa merasa jauh dengan lelaki itu.
"Sabtu aja, ya, Pa. Papa libur kan hari Sabtu?" tanya Yurisa antusias. Masih mencoba membujuk papanya.
"Sabtu papa mau cek pembangunan mall di Bandung." jawab Haris.
"Kalau minggu?" tanya Yurisa lagi.
Kali ini Haris melipat kembali korannya. Lelaki paruh baya itu beralih menatap Yurisa. "Kamu kan bisa hangout bareng teman-teman sekolah. Masa perginya harus sama papa."
Iya, Yurisa tahu. Ia bisa saja dengan mudah pergi bersama teman-temannya seharian. Tapi di sini Yurisa ingin pergi bersama papanya. Yurisa juga ingin menceritakan pengalaman berlibur bersama keluarga seperti yang dilakukan teman-temannya setiap weekend.
"Boleh pa?" Yurisa mencoba bersikap biasa.
"Boleh."
"Oke deh. Besok Yurisa mau jalan sama teman-teman. Buat kenangan yang banyak, kan Yurisa udah mau lulus SMA. Hehe." gadis itu tertawa hambar.
Teman? Jalan-jalan? Bahkan teman-temannya saat ini sedang mendiamkan gadis itu.
Tak lama kemudian Yurisa beranjak memasuki rumah karena hari sudah semakin sore. Ia menghampiri mamanya di dapur yang akan menyiapkan makan malam.
"Anak gadis mama kenapa?" tanya Jihan saat merasakan pelukan dari belakang.
"Yurisa sayang mama." ucapnya.
Jihan tersenyum lembut. "Mama juga sayang kamu."
"Ada keluaran boneka gajah terbaru kah?" tanya Jihan. Ia memutar badannya menghadap Yurisa.
Yurisa terkekeh menanggapi kepekaan mamanya. "Ada Ma, warnanya abu-abu terus telinganya warna pink! Lucu banget."
"Mau beli?"
"Belum. Tapi besok bakalan ada yang beliin."
Jihan menyerit bingung. Biasanya Yurisa tidak pernah meminta dibelikan boneka gajah olehnya. "Mama?"
"Bukan!"
"Terus? Pacar kamu?"
Yurisa mengangguk malu-malu. "Yurisa yakin dia pasti kasih boneka gajah buat Yurisa."
"Kenapa bisa seyakin itu?"
"Segala sesuatu harus didasari dengan keyakinan yang tinggi."
"Ngomong-ngomong, siapa pacar kamu? Kok mama nggak tahu."
"Ada pokoknya, Ma. Tenang aja, dia baik kok."
"Bagus kalau gitu."
***
"Hareudang hareudang hareudang panas panas panas!" Deva bernyanyi tanpa henti sejak tiba di warungnya Mbak Ana lima menit lalu.
"Berisik!" sambar Gilang sewot. Moodnya sedang buruk tetapi Deva malah memperkeruh suasana.
"Wasiapp ada yang update story nih!" Malik membuat keempat pasang mata menoleh. Rasa penasaran yang begitu besar.
"Bangsul! Cakep dia anjay!" Rian tak kalah heboh melihat story seseorang yang ditunjukkan oleh Malik.