Yurisa pikir petama kali datang ke sekolah setelah tiga hari ijin akan membuat teman-temannya kembali seperti dulu lagi. Menyambutnya dengan senyum hangat, sapaan teman-temannya yang selalu membuatnya tersenyum lugu.
Mungkin itu hanya akan menjadi imajinasi Yurisa saja ketika tiba di sekolah, tatapan aneh langsung ia dapatkan. Bisik-bisik dari para siswa lain juga mulai terdengar. Yurisa tidak tahu apa kesalahannya sampai orang-orang membicarakan gadis itu.
"Masa sih? Nggak nyangka ih."
"Padahal dia kaya raya, iya kan?"
"Heem. Rumahnya aja mewah."
"Nggak malu apa sama rumahnya yang gede, bapaknya yang punya jabatan tinggi."
"Nggak mikir sih dia."
"Egois."
Kira-kira seperti itu yang Yurisa dengar sepanjang koridor menuju kelas. Tidak bisa dipungkiri kalau dia mulai merasa takut. Setelah kemarin masalah ulangan harian matematika, sekarang apalagi?
Baru selangkah memasuki kelas suasana menjadi asing seketika. Lirikan sinis dari teman sekelasnya membuat Yurisa terpaku di depan pintu. Otaknya berputar, mengingat-ingat kesalahan apalagi yang ia perbuat.
"Yurisa!" panggil Kayana sambil melambaikan tangannya. Tersenyum lebar pada Yurisa.
"Lo udah sembuh?" tanya Kayana yang dibalas anggukan dari Yurisa.
"Kay, orang-orang pada kenapa, sih? Kok liatin gue kaya lihat monster aja."
"Orang-orang cuma lagi punya tenaga eksta buat ngomongin lo. Udah biarin aja, kurang kerjaan mereka." balas Kayana cuek.
"Oh, oke." Yurisa mengangguk.
Tak lama kemudian Pak Jeje masuk kelas. Membuat semua anak langsung saling tatap. Jantung berdegub kencang.
"Hari ini kita ada matematika kah?" bisik Kayana.
"Engga perasaan."
"Yurisa Keiko." panggil Pak Jeje setelah sampai di depan papan tulis.
"Saya pak." jawabnya. Gadis itu berdiri dari duduknya.
"Ikut saya ke kantor." titah Pak Jeje. Setelah itu Pak Jeje keluar kelas, diikuti Yurisa di belakangnya.
"Kamu ngapain jalan di belakang saya?" tanya Pak Jeje.
"Emang saya harusnya jalan di mana, Pak?" tanya Yurisa polos.
"Di samping saya." balas Pak Jeje.
"Ha?" Yurisa tidak paham.
"Maksudnya, sini jalan samping saya. Saya mau ngobrol sama kamu." kata Pak Jeje.
Detik selanjutnya Yurisa berjalan di samping Pak Jeje. Sesekali gadis itu menunduk karena merasa canggung. Biasanya Pak Jeje tidak seperti ini. Jangankan ngobrol, lihat wajah Pak Jeje saat di kelas saja tidak ada yang berani.
"Kamu sama temen-temenmu sudah baikan?" tanya Pak Jeje pertama kali.
"Memangnya ada masalah apa, Pak?" Yurisa bertanya balik.