Sesuai dengan rencana seminggu lalu. Aldi mengadakan acara bakar-bakar di rumahnya. Sudah dari sore tadi cowok itu sibuk menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Halaman belakang rumah Aldi itu luas, banyak pohon di pinggir-pinggi pagar.
Lalu di sebelah kursi taman. Ia menggelar karpet di atas rerumputan. Menyiapkan makanan dan minuman untuk teman-temannya nanti. Dari sekian banyak orang di kelas, hanya Ezra yang paling rajin. Cowok itu sudah datang dari tadi untuk membantu Aldi. Sebenarnya bukan rajin, tapi beralibi pada Gina agar gadis itu tidak merengek minta di jemput.
"Lo nggak jemput Gina?" suara Aldi mengalihkan perhatian Ezra yang sedang memasang lampu tumbler untuk hiasan. Karena banyak cewek yang datang, Ezra yakin mereka butuh sport foto.
"Males." balas cowok itu terdengar tak acuh.
"Dari kemarin dia chat gue mulu minta lo jemput." adunya pada Ezra. Heran juga kenapa perempuan secantik Gina mengejar-ngejar Ezra yang bobrok.
"Biarin aja, manja dia."
Tak lama kemudian dua orang lagi datang menghampiri mereka.
"Aldi!" sapa Yurisa riang. Gadis itu terlihat begitu cantik dengan dress selutut warna merah muda. Rambutnya yang tergerai membuat kesan anggun pada gadis itu.
"Selamat ulang tahun." katanya lalu menjabat tangan Aldi. Disusul Kemal di belakangnya.
"Makasih, Yur." balas Aldi kemudian tersenyum juga.
"Gue bantu apa, nih?"
"Lo duduk aja, udah mau beres kok." kata Aldi.
Sebenarnya Aldi mau ngobrol sebentar dengan Yurisa. Dia tahu kalau Yurisa tertekan akhir-akhir ini. Suasana yang tidak begitu baik untuk Yurisa membuat Aldi yakin Yurisa merasa tidak nyaman. Sebagai ketua kelas sekaligus teman, Aldi harus memastikan semuanya berjalan dengan baik.
Aldi menyusul Yurisa duduk di karpet bersama Ezra dan Kemal. Bahkan Yurisa masih bisa senyum semanis ini saat banyak berita buruk tentangnya.
"Eh tadi gue beli makanan ringan loh, sama Kemal." ujar Yurisa kemudian meraih kantong belanjaannya tadi. Mengeluarkan isinya satu persatu dan menatanya rapi.
Yurisa kemudian mengulurkan paper bag berukuran kecil dari dalam sana untuk Aldi. "Jangan dilihat isinya, ya. Intinya itu bukan kado ulang tahun. Itu sebagai bentuk terimakasih gue karena lo selalu baik sama gue. Gue juga nggak lagi nyogok lo, Al. Jangan salah paham."
"Tenang aja, itu gue beli pakai uang sendiri. Gue nggak korupsi uang sekolah. Masalah beasiswa itu, iya gue emang dapet tapi gue nggak terima dalam bentuk uang. Tahu-tahu uang sekolah gratis sampai lulus gitu aja. Serius deh, gue nggak pinter bohong soalnya." jelas Yurisa seolah tahu apa yang ada dipikiran lelaki itu.
Ketiga lelaki itu membisu. Takjub dengan hati Yurisa yang begitu lembut. Tidak salah jika banyak orang yang menyukai gadis itu. Yurisa sangat tulus.
"Makasih ya, Yur. Sorry kalau akhir-akhir ini lo nggak nyaman dan merasa terasingkan di kelas." balas Aldi.
"Nggak apa-apa. Bukan salah lo kok, Al. Tanggapan orang-orang tentang gue itu terserah pemikiran mereka sendiri." jawab Yurisa.
"Kenapa selama ini lo diem diperlakukan anak-anak lain kaya gitu?" tanya Ezra.
"Terus gue harus gimana? Kalau gue ngebales mereka, gue yakin mereka makin nggak suka gue." kata Yurisa.
"Lebih baik gue diem aja. Nanti mereka juga capek sendiri."
"Yur, boleh nggak kalau gue suka sama lo?" tanya Ezra membuat ketika orang lainnya yang mendengar itu membelalakkan matanya, terkejut bukan main.
"Enggak boleh cuk!" sahut Kemal cepat. "Lo nggak tahu aja ya, sebelum berangkat jemput nih anak gue telepon pawangnya dulu."
"Telepon Dipta?" tanya Yurisa pada Kemal yang dibalas anggukan dari cowok itu.
"Terniat emang lo!" ujar Yurisa lalu terkekeh. "Padahal nggak lo telepon juga nggak apa-apa."
"Nggak enak lah, Yur. Gue kan satu ekskul sama dia. Kalau bawa pacarnya tanpa izin nanti dikira gue nikung lagi." kata Kemal.
"Lo juga, Zra. Gina kurang apa sih?" Yurisa tak habis pikir dengan satu temannya itu.