CALL YOU MINE

Fadila Damayanti
Chapter #25

MENGAKHIRI

Sore ini Yurisa berniat keluar rumah. Cewek itu sudah siap dengan kaos berwarna putih dan bawahan rok yang panjangnya di bawah lutut. Tidak lupa sweater rajut warna pink kesukaan gadis itu karena cuaca lumayan dingin. 

Yurisa ingin tampil feminim kali ini karena akan bertemu Dipta. Mereka sudah janjian di alun-alun kota dekat rumah Yurisa karena di sana sedang ada pameran. Sebenarnya, setiap hari alun-alun itu selalu ramai jika malam, tetapi kali ini ada pameran, Yurisa yakin alun-alun semakin ramai. 

"Mau ke mana lo?" tanya Hana ketika melihat Yurisa yang sudah tampil rapi. 

"Ke alun-alun." balas Yurisa sembari memakai sepatu warna putih milik gadis itu. 

"Oh," balas Hana singkat kemudian berlalu menuju dapur.

Tanpa mengucap apapun lagi Yurisa segera berangkat. Sengaja berangkat lebih awal agar jalanan tidak ramai sehingga memudahkan gadis itu menyebrang. 

Sesampainya di sana, Yurisa memilih untuk berkeliling dulu. Melihat banyak lukisan yang terpajang di setiap sudut tempat itu. 

"Kamu mau saya lukis?" pertanyaan itu membuat Yurisa menoleh. Seorang lelaki bertubuh jangkung sembari membawa buku yang dia sendiri tidak tahu namanya. Pokoknya buku yang sering buat gambar-gambar desain baju, tetapi bukan buku gambar seperti milik anak SD. 

Yurisa mengangguk setuju, sembari menunggu Dipta, mungkin ini lebih baik dari pada berjalan sendirian di tengah keramaian seperti ini. 

"Sini, duduk sini." suara lelaki itu lagi. 

"Kamu—" 

"Saya masih sekolah seni di SMA Chartwell." lelaki itu tersenyum, seolah tahu apa yang Yurisa pikirkan. 

Yurisa tersenyum sambil mengangguk mendengar itu. 

"Boleh saya tahu nama kamu?" 

"Yurisa," jawab gadis itu. "Kamu?" 

"Saya Alam." balasnya. Tangannya masih terampil melukis wajah Yurisa pada papan di depannya. 

"Kamu dari sekolah mana?" tanya Alam. 

"SMA Shining Star." balas Yurisa. 

"Saya pernah ke sana." beri tahu Alam membuat Yurisa semakin penasaran. 

"Ke sekolahku? Kapan?" 

Alam nampak berpikir sebentar. "Iya, mungkin setahun yang lalu. Ikut lomba lukis di sekolahmu."

"Kok nggak ketemu, ya. Aku yang tugas nganter peserta ke ruangan lho, padahal." 

Alam tersenyum kecil. "Ya mungkin belum waktunya ketemu." 

Yurisa ikut tersenyum. "Mungkin." 

Senyum Alam itu menular. Sejak tadi setiap cowok itu tersenyum, Yurisa akan ikutan tersenyum. 

Tanpa sadar keduanya masuk ke dalam obrolan ringan yang diciptakan Alam. Lelaki itu pandai sekali mencari topik pembicaraan. Ada saja yang dibahas. 

Sesekali Yurisa tertawa karena candaan Alam yang menurutnya kalem, nyeleneh, seperti teka-teki. 

"Lukisannya mau saya pajang paling depan." ujar Alam sembari menunjukkan lukisannya kepada Yurisa. 

"Kenapa paling depan?"

"Nggak apa-apa, biar orang-orang tertarik mampir. Lukisan saya kan bagus. Eh, tidak-tidak, wajah kamu yang bagus. Seperti anime." jawab Alam. 

"Sombong kamu." kata Yurisa dengan nada jenaka membuat Alam terkekeh. 

"Kamu orang Jepang, ya?" tebak lelaki itu. 

Yurisa tersenyum kecil. "Tahu dari mana?" 

"Mata kamu," jeda sejenak. "Bulat, tetapi kalau tersenyum jadi sipit." 

"Kebanyakan nonton anime pasti. Emang kalau sipit udah pasti orang Jepang?" tanya Yurisa menaikkan sebelah alisnya. Menunggu reaksi lelaki jangkung itu. 

Alam menggeleng. "Enggak juga." 

"Terus?"

"Ya pokoknya kamu beda." 

Yurisa terkekeh. "Iya, terserah kamu." 

Malam itu Yurisa bertemu Alam. Lelaki baik yang memiliki senyum manis dan pandai mencairkan suasana. 

*** 

Pukul 7 malam Yurisa belum juga pulang. Menunggu Dipta. Terhitung sudah 2 jam gadis itu di sini, tapi belum juga ada tanda-tanda Dipta akan datang. Padahal seharusnya Dipta sudah tiba satu jam yang lalu.Yurisa sudah mencoba menghubungi cowok itu, tetapi tidak diangkat. 

Celingukan seperti anak ayam kehilangan induknya. Yurisa mengeratkan pegangan pada tali tas selempangnya. Sampai ia merasa bajunya di tarik-tarik. 

Lihat selengkapnya