"Keduanya, om." balas Dipta dengan mantab.
"Tetapi sayang saya dengan Hana dan Yurisa itu berbeda. Mereka memiliki porsi masing-masing bagi saya dan itu jelas tidak sama." lanjut Dipta membuat Haris menyerit. Belum mengerti maksud pemuda di depannya itu.
"Beda yang seperti apa?" tanya Haris. Sebagai orang tua, tentu saja ia menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.
"Sayang saya ke Hana itu sebagai teman. Kalau ke Yurisa itu beda. Pokoknya cuma saya yang tahu."
"Kamu ini lagi ngomong sama ayahnya mereka berdua." Haris mencoba mengingatkan.
"Justru itu saya bilang sama om. Karena kalau saya bilang sama Hana, dia pasti marah." ujar Dipta lalu terkekeh. Haris mengangguk setuju.
"Perempuan memang seperti itu, kadang hatinya lemah, tetapi kadang juga kuat." jawab Haris.
"Katanya kamu ada urusan sama Yurisa." ujar Haris menyadari jika dari tadi ia nenahan Dipta di sini.
"Iya, tapi bukankah restu lebih penting sekarang?" tanya Dipta lalu tersenyum.
Haris yang mendengar itu lantas tertawa. "Pandai kamu."
"Ngomong-ngomong, apa yang kamu sukai dari Yurisa?"
Dipta nampak berpikir sebentar sebelum akhirnya menjawab. "Semua."
"Gombal," ledek Haris.
Dipta terkekeh. "Saya serius, om."
"Salah satu saja yang paling utama."
"Mata dan senyumnya." jawab Dipta dengan tenang. Tapi justru membuat Haris menahan napas.
Semua orang juga bilang kalau mata dan senyum Yurisa itu cantik. Mirip kamu. Suara Haris dalam hati.
Hening. Keduanya sibuk memikirkan strategi masing-masing untuk memenangkan permainan ini. Sampai pada posisi ketika Haris menggerakkan knight sehingga king dan queen terkena skak secara bersamaan.
"Kamu punya dua pilihan. Ketika diibaratkan Hana adalah king sedangkan Yurisa adalah queen. Mana yang akan kamu selamatkan? Ratumu atau permainanmu?"
"Kalau gitu saya akan jawab jika Yurisa adalah pion. Dia yang akan menyelamatkan keduanya." jawab Dipta lalu menggerakkan pion menggeser knight membuat Haris tersadar karena knightnya hilang.
"Teliti juga kamu."
"Karena main catur itu yang dibutuhkan strategi dan ketelitian, om. Bukan perasaan."
Mungkin besok Dipta tidak bisa tersenyum lagi karena sudah dihabiskan malam ini. Cowok itu terlalu sering senyum. Ada dua hal yang dipikirkan Dipta saat ini.
Pertama, orang tua Yurisa sangat baik dan penyayang. Mustahil Yurisa hidup menderita. Cewek itu pasti bergelimang kasih sayang dari kedua orang tuanya sehingga ia menjadi gadis ceria dan membawa happy virus bagi yang melihat tingkahnya yang ada-ada saja.
Kedua, kalimat apa yang akan pertama kali ia ucapkan saat bertemu Yurisa nanti.