Dipta, Malik, Rian, Gilang, Deva berjalan memenuhi koridor sekolah yang sudah lumayan ramai. Mereka berlima langsung mendapat perhatian lebih dari anak-anak lain karena memang mereka termasuk dalam pentolan sekolah.
Dari kelima orang itu, hanya Rian dan Gilang yang suka tebar pesona sana-sini. Ngegombalin cewek-cewek kelas sepuluh. Anehnya, tak jarang juga cewek-cewek tersipu malu sehingga memunculkan semburat merah di pipi.
"Hai, lo bukan Milea ya?" tanya Rian kepada seorang perempuan berkuncir kuda yang sedang memegang sapu di depan pintu.
"Kenapa emangnya?"
"Iya, soalnya gue juga bukan Dilan." jawab Rian kemudian tersenyum manis. "Gue Rian, nama lo siapa?"
"Yashinta," cicit cewek itu kemudian tersenyum malu.
Malik yang mendengar itu bertingkah seolah ingin muntah. Sedangkan Deva menatap Rian dengan aneh.
"Kardus kardus! Gombalan itu-itu mulu. Nggak kreatif!" teriak Gilang kemudian menyeret Rian menyusul Malik, Dipta dan Deva yang sudah berjalan duluan.
Meskipun sudah diseret Gilang seperti karung beras, tetapi Rian masih menyempatkan diri memberi kecupan jauh untuk Yashinta.
"Astaghfirullah nyebut, Yan!" seru Gilang sembari memiting kepala Rian.
"Setan apa yang ada di dalam tubuh Rian?! Keluar sekarang!" teriak Gilang lagi sehingga membuat puluhan pasang mata semakin tertarik dengan kelakuan dua orang itu.
"Sakit kepala gue goblok!" ucap Rian emosi namun tak ditanggapi Gilang.
"Kak Rian kesurupan ya?!" celetuk salah satu siswi kelas sepuluh di sana.
"Gawat nih!" sahut yang lainnya.
"Kata mama kalau ada yang kesurupan terus kita lihat matanya kita jadi ketularan kesurupan." seru cewek berambut sebahu itu dengan heboh.
"Merem semuanya!" perintah Gilang yang dituruti anak-anak kelas sepuluh.
"Yang kesurupan sebenernya Rian apa Gilang sih?" Deva berkomentar.
"Dua-duanya," sahut Dipta. "Gila." lanjut cowok itu.
"Pantes anjir!" celetuk Malik.
Sedangkan Rian sekarang sudah berhasil melepaskan diri dari Gilang. Cowok itu menyugar rambutnya yang sedikit berantakan.
"Eh, Yurisa!" seru Rian membuat Dipta, Deva dan Malik menoleh ke sumber suara.
"Cieee Aa Dipta nyariin Yur-Yur!" ledek Rian membuat Dipta melotot tajam.
"Kangen nih!" Gilang ikut-ikutan.
"Jadi gimana, balikan gak?" tanya Rian menggoda Dipta.
Dipta mengangkat bahunya tak acuh membuat teman-temannya semakin penasaran. Lantas mereka berempat bergerak mengapit Dipta. Menanyai lelaki itu dengan berbagai pertanyaan.
"Dia bilang apa pas lo ngajakin balikan?" sergah Deva.
"Sebelum itu, dia maafin lo nggak?" tanya Malik membuat Gilang mengangguk setuju dengan pertanyaan Malik.
Dipta hanya membalas dengan anggukan kepala. "Dia pemaaf."
"Terus terus?" tanya Gilang tak sabaran.
"Gue gak tau."
"Kok gitu?"
"Dipta!" seruan itu membuat kelimanya menoleh.
Hana, si primadona sekolah sedang tersenyum lebar ke arah mereka. Lantas gadis itu berjalan mendekali Dipta dan teman-temannya. Lebih tepatnya mendekati Dipta.
"Bareng, Yuk." ajak Hana kepada Dipta yang hanya dibalas anggukan kaku dari Dipta. Tidak ingin memperpanjang masalah.
"Duluan, ya." ujar Hana kemudian mengapit lengan Dipta menjauhi Deva, Rian, Malik dan Gilang.