Dipta menghampiri Hana yang sedang duduk di pinggir lapangan. Sebenarnya bukan menghampiri Hana, tetapi ingin mengambil tasnya yang saat ini dipegang oleh gadis itu.
Hana sengaja menunggu Dipta latihan basket. Sebelumnya ia hanya bisa melihat Dipta latihan dari kejauhan. Biasanya Hana akan mengamati Dipta dari balik jendela UKS. Bersembunyi di sana sampai sore demi melihat Dipta. Iya, Hana memang seniat itu.
"Capek?" Hana mengusap keringat yang mengalir di pelipis Dipta. Membuat cowok itu tersenyum tipis.
"Lumayan." balas Dipta singkat. Lantas lelaki itu mengambil air mineral di tangan Hana. "Buat gue kan?"
Meskipun sempat kesal karena botolnya diambil secara tiba-tiba tetapi gadis berambut panjang itu tetap tersenyum manis. "Iyalah, emang buat siapa lagi."
"Em," Dipta hendak mengatakan sesuatu tetapi ia mengurungkan niatnya.
"Ada apa?" tanya Hana penuh perhatian.
Seminggu lalu Dipta secara terang-terangan menanyakan kabar Yurisa berakhir dengan Hana yang menangis. Perempuan itu bilang, susah ya ambil perhatian kamu. Bisa enggak, sebentar aja pas kita lagi berdua jangan tanyain Yurisa dulu. Aku kangen kamu yang dulu.
Tentu saja itu membuat Dipta gelagapan. Cowok itu tidak mau membuat Hana sedih lagi. Sebenarnya, ia juga merasa semakin berjarak dengan Hana. Tidak tahu apa sebabnya. Padahal dulu mereka begitu dekat, ya meskipun kedekatan mereka tidak ada yang tahu.
"Mau pulang sekarang?" tanya Dipta yang dibalas anggukan dari Hana.
"Eh tapi mampir makan dulu." kata Hana.
"Iya."
Setelah memberikan tas kepada Dipta, ia mendekati cowok tinggi itu. Satu tangannya sengaja memegang kaos yang Dipta kenakan.
"Boleh nggak?" Hana mendongak. Menatap Dipta penuh harap.
"Boleh," balas Dipta singkat kemudian menarik Hana untuk lebih dekat dengan lelaki itu. Merangkul pundak Hana sehingga gadis itu reflek melingkarkan tangannya ke pinggang Dipta.
Tangan kirinya digunakan untuk membawa tas. Sementara tangan kanannya digunakan untuk mengacak rambut Hana dengan sayang.
Biar bagaimanapun Dipta dan Hana itu sudah berteman lama. Selalu ada pertimbangan tersendiri untuk gadis bernama Sakura Hana itu.
"Kamu bau!" seru Hana mengejek.
"Sini gue ketekin!" balas Dipta sehingga membuat Hana tertawa.
"Nggak mau!"
Demi apapun Hana berbohong. Sekalipun Dipta keringetan kaya abis renang, Dipta sama sekali enggak bau.
"Sayang Dipta." Hana menyengir setelah mengatakan itu.
"Sayang Hana juga."
"Sayang Yurisa?"
"Iya itu beda." balas Dipta.
Sekarang, salahkah Hana? Siapa yang rela melepas jika orang yang kita suka merespon begitu baik? Harapan-harapan Hana semakin mekar, meskipun ia tahu nanti harapan itu akan layu.