"Dip, Dip cewek lo, Dip!" Gilang berseru heboh di tengah-tengah koridor yang ramai. Mereka berbondong-bondong menuju kantin karena bel istirahat sudah berbunyi tiga menit yang lalu.
"Gak mempan!" ketus Dipta. Kemarin Rian yang bilang seperti itu tapi nyatanya Yurisa tidak ada. Semakin hari teman-temannya semakin gila.
"Lihat dulu elah." ujar Gilang lagi meyakinkan. Cowok itu menghentikan Dipta sejenak.
Tak ingin memperpanjang masalah, Dipta menoleh. Mengikuti arah pandang Gilang.
"Eh tapi itu Yurisa bukan, sih?" Gilang mengerutkan keningnya. Saking banyaknya orang berlalu lalang, Gilang malah jadi ragu itu Yurisa atau bukan.
Cewek dengan rambut tergerai yang sedang berjalan ke arah mereka.
"Yurisa kali, kan dia nggak punya kembaran. Jadinya di sekolah ini Yurisa cuma satu." sahut Rian.
"Masa sih. Kok kaya beda gitu wajahnya." ujar Gilang masih tak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Apanya yang beda, orang cuma pakai kacamata doang." timpal Deva akhirnya.
"Eh, iya. Dia pakai kacamata!" Gilang menyengir setelah itu.
"Astaghfirullah, makin lucu." komentar Rian tak tahu malu. Padahal di sampingnya, Dipta sedang menatap Rian dengan tak suka.
Rian menepuk pundak Dipta tanpa menoleh. "Pacarmu semangatku, Dip!"
"Lambemu!" kali ini Malik yang bersuara. Kemudian cowok itu menyeret Rian menjauhi Dipta. Takut terjadi sesuatu kepada cowok setengah gila itu.
"Lama-lama Rian kalau ngomong nggak ada saringannya." ujar Deva.
"Minta gue tonjok." ucap Dipta dingin.
"Jangan A, jangan. Kasian dia kurus kering keronta kalau Aa tonjok nanti jadi keripik." Gilang berucap dengan lebay.
"Si Aland!" bentak Deva emosi namun juga tertawa.
Tanpa sadar, cowok bernama Alando lewat samping mereka. Cowok paling berandalan seantero sekolah. Kerjaannya bolos, tidur, berantem, ngerusak fasilitas sekolah, nyolong wifi, tapi Si Alando ini malah jadi incaran cewek-cewek setelah gagal dapetin Dipta. Emang, Alando itu cakep tapi sifatnya banyak minusnya.
"Ngapain lo manggil-manggil gue?!" tanya Alando sarkas.
"Salah denger kali lo." sahut Gilang.
"Lo ngatain gue budeg?!" Alando semakin ngegas membuat Dipta menghela napas.
"Gue lagi nggak pengen berantem, Do. Jangan cari gara-gara." ucap Dipta pelan tetapi dingin.
Alando mendengus kemudian meninggalkan tiga orang itu.
Jarak Yurisa dengan Dipta sudah dekat, tetapi tidak ada tanda-tanda Yurisa melirik ke arah Dipta. Cewek itu sibuk memperhatikan ocehan Kayana yang tidak berhenti.
"Akhirnya penantian panjang Dipta terbayar juga." Gilang berdecak kagum.
Dipta tidak merespon, cowok itu sibuk memperhatikan Yurisa. Waktu seolah berputar melambat saat Yurisa melewati Dipta begitu saja. Tanpa menoleh, tanpa menyapa seperti biasa.
Cowok itu tidak tinggal diam. Ia menahan tangan Yurisa membuat gadis itu berhenti dan menoleh. Keduanya saling bertatapan.