Yurisa baru kembali dari toilet. Mencuci wajah karena seharian terkena sinar matahari membuat kulitnya serasa terbakar. Matanya juga berat karena mengantuk. Beberapa hari ini Yurisa memang kurang tidur.
Saat hendak kembali ke kelas, Yurisa mendengar suara orang. Kali ini Yurisa kepo. Bayangkan, saat semua orang berada di lapangan untuk mengikuti kegiatan classmeet, siapa yang ada di sini selain dirinya?
Bermodalkan nekat, Yurisa menyusuri sepanjang koridor sampai gedung lab kimia. Matanya membelalak ketika melihat dua orang sedang berkelahi di sana.
"Stop!" jerit Yurisa kemudian berlari mendekati keduanya.
Terkejut bukan main ketika orang yang kini berkelahi adalah Dipta dan Alando. Entah ada urusan apa mereka sampai bertengkar seperti ini Yurisa tidak tahu.
Keduanya menoleh sebentar. Dan kesempatan itu digunakan Alando untuk memberikan satu pukulan keras untuk Dipta. Membuat lelaki itu jatuh tersungkur.
Dipta tersenyum miring. Ia berdiri kemudian siap membalas pukulan Alando jika saja Yurisa tidak berdiri tepat di depannya.
"Dipta udah." ujar Yurisa sembari merentangkan tangannya mencegah lelaki itu untuk membalas.
Dipta menyingkir dari Yurisa begitu saja dan mendekati Alando. Beruntungnya Yurisa bergerak cepat menarik lengan cowok itu. Memeluknya dari belakang dengan erat. Bahkan Dipta terkejut dengan perlakuan Yurisa secara tiba-tiba.
"Jangan bertengkar," suara Yurisa terdegar bergetar. Yurisa takut, takut sekali.
Alando menyeka hidungnya yang berdarah. Detik selanjutnya ia pergi dari sana tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Dipta melengos saat Yurisa mencoba melihat luka di sudut bibir lelaki itu. Tangannya sengaja mencekal tangan Yurisa. Mencegah gadis itu untuk menyentuh wajahnya.
"Ayo ke UKS."
"Nggak usah." balas Dipta ketus.
"Dipta!" suara Yurisa meninggi tetapi bibirnya tertekuk ke bawah.
"Apa?"
"Terserah." ucap Yurisa kemudian berbalik. Kecewa ketika mencoba peduli tetapi orang yang dipedulikan malah sebaliknya.
"Heh mau kemana?" tanya Dipta tetapi tak mendapat respon dari Yurisa.
Mau tak mau Dipta segera menyusul daripada Yurisa marah. Niatnya, Dipta hanya tidak mau menunjukkan lukanya karena hanya luka kecil. Tetapi respon Yurisa malah seperti itu.
"Mau kemana?" ulang Dipta.
"Apa pegang-pegang?!" sentak Yurisa ketika Dipta menahan tangannya.
"Bercanda."
"Bercanda apanya? Berantem itu yang kamu bilang bercanda? Muka kamu babak belur kaya gitu yang kamu maksud bercanda?"
"Maaf. Jangan nangis." kata Dipta.
Yurisa berjongkok kemudian menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya. Entah alasan apa, Yurisa benar-benar menangis. Ia juga tidak paham kenapa moodnya sangat buruk hari ini.
Dipta ikutan berjongkok. Kemudian menumpukan wajahnya pada tangan kanannya. Menunggu Yurisa menangis.
"Yang luka gue, kenapa lo yang nangis?" heran Dipta.
Yurisa tidak menyahut.
"Udah belum?" tanya Dipta.
Yurisa mendongak. Menampilkan wajahnya yang sembab. Mata dan hidungnya memerah.
"Sorry buat lo khawatir." Dipta merapikan anak rambut yang menghalangi wajah gadis itu. Menyelisipkan ke belakang telinga.