Dirga With Alana

Intan Rahayu Agustin
Chapter #2

Chapter 2

Alana berdiri memegang bola basket ditangannya, dia kembali melirik kearah Ring, kemudian melirik Dirga. Melakukan hal itu beberapa kali membuat Dirga terkekeh geli melihat ekspresi gadis itu yang akhirnya malah menghela nafas.

“Gue gabisa, udah ah gamau main” katanya menyerahkan bola basket itu pada Dirga yang tertawa

“Astaga, ini cuman game Lan. Tinggal lempar bolanya, gaperlu pakai teknik. Ini cuman seneng-seneng” katanya membuat gadis itu menatap datar

“Lo suka basket?” tanya Alana, dan Dirga terkekeh

“Gue kapten tim basket disekolah. Kalo lo mau tau” katanya membuat Alana mendengus.

“Ini pegang” kata Dirga kembali menyerahkan bola basket tersebut. Kemudian pria itu berdiri dibelakang Alana, mulai membantu gadis itu mengayunkan bola dan melemparkannya kedalam ring. Sayangnya bola tersebut meleset membuat Alana mendengus.

“It’s oke babe, this is just a game” kata Dirga berbisik dibelakang gadis itu, Alana mendengus itu terdengar seperti sindiran baginya.

“Ayo masukin lagi koinnya, gue mau main lagi” kata Alana karena dia hanya punya satu kesempatan karena terlalu lama berfikir sebelumnya. Dirga terkekeh dan kembali memasukan koin kedalam mesin, membuat penghalang bola terbuka dan bola itu kembali keluar.

Alana melemparkan bola semaunya membuat Dirga tersenyum melihat tingkahnya, sayangnya tidak satupun bola yang berhasil masuk kedalam ring, semua arahan Dirga tentang salahnya posisi dia berdiri dan cara dia memegang bola tidak sedikitpun dia dengar, dia tetap melempar bola seenaknya. Tinggal satu bola dan satu kesempatan untuk Alana melempar bola. Dia menutup matanya, kemudian mencium bola itu membuat Dirga terkekeh.

“Ini pasti masuk” katanya percaya diri, dia menarik nafas dan melemparkan bolanya

“Dirga! Bolanya masuk!” katanya berseru senang, gadis itu melompat ditempatnya dan berbalik mengguncang tubuh Dirga dengan senang. Keduanya tertawa membuat beberapa orang yang melewati mereka melirik penasaran pada keduanya.

“Woy!” teriakan Aldo membuat keduanya mengalihkan pandangan mereka

“Karokean cuy!” katanya menunjuk ruang karoke mini dipinggirnya membuat Alana dan Dirga kini berjalan kearah teman-teman mereka.

Safira dan Alana yang akan lebih dulu bernyanyi sementara para pria akan bertugas menjadi penari. Tentu saja karena Safira yang memaksa mereka semua yang mau tak mau harus dituruti.

“Lagu apa Fir?” tanya Alana, gadis itu sibuk mengotak-ngatik keyboard

“Ah, ini aja” kata Safira membuat Alana tersenyum dan mengangguk. Intro musik mulai terdengar, Dirga dan Devan masih ogah-ogahan untuk menari, sementara Aldo dan Kevin sudah sibuk menari meskipun tidak sesuai dengan tempo musiknya.

Dan, dan bila esok

Datang kembali

Seperti sedia kala dimana kau bisa bercanda,

Dan, Perlahan kaupun

Lupakan aku, mimpi burukmu

Dimana telah ku tancapkan duri tajam

Kau pun menangis, menangis sedih

Maafkan aku

Dan, bukan maksudku

Bukan inginku, melukaimu

Sadarkah kau, disiniku pun terluka

Melupakanmu menepikanmu

Maafkan aku

Lupakanlah saja diriku

Bila itu bisa membuatmu

kembali bersinar dan berpijar seperti dulu kala

Caci maki saja diriku

Bila itu bisa membuatmu

Kembali bersinar dan berpijar seperti dulu kala

Suara tawa terdengar dari keenamnya, mereka masih sibuk bernyanyi dan menari. Dirga merasakan kesenangan yang berbeda, kesenangan yang utuh. Biasanya dia akan melampiaskan apapun yang ada dibenaknya pada perkelahian, rokok, atau minuman. Tapi, sekarang, melakukan ini membuat hatinya benar-benar menemukan kebahagiaan yang baru. Jika ini karena mereka bernyanyi dan menari, bukankah dia bisa melakukannya sejak lama, apa ini karena itu? Atau karena seseorang yang kini tengah tersenyum sembari menyanyi dihadapannya.

*****

Dirga masih memasang senyum lebarnya sembari memperhatikan layar ponselnya yang terdapat foto Alana yang tengah tersenyum senang bersama dirinya disampingnya. Devan yang baru saja keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya menatap heran sahabatnya.

“Kenapa tuh temen lo?” tanyanya sembari menyikut kaki Aldo dengan kakinya, pria itu menatap Dirga sekilas kemudian menggeleng

“Biarin aja, paling bentar lagi gila” sahut Aldo, dia tidak ingin memikirkan Dirga sekarang. Tujuannya hanya satu saat ini yaitu mengalahkan Kevin, iya keduanya tengah bertanding bermain play station

“Heh, lo sehat kan?” tanya Devan membuat pria itu meliriknya

“Menurut lo, gue cocok ga sama Alana?” katanya menunjukkan wajah berserinya membuat Devan menaikkan sebelah alisnya.

“Alana terlalu cantik buat lo” kata Devan yang langsung mendapat tatapan tajam Dirga

“Bacot lo!” sungutnya kesal, dia kembali memeluk guling milik Aldo sembari menatap Alana.

“Gue belum pernah kaya gini” katanya sembari tersenyum lebar

“Ya mana pernah, cewek aja lo tolakin terus” sahut Kevin

“Lo beneran suka sama Alana, Ga? Lo kan baru kenal” kata Aldo, Dirga menatap sahabatnya sekilas

“Lo gapernah denger cinta pada pandangan pertama? Atau cinta sejati?” katanya membuat teman-temannya memutar mata malas

“Sumpah deh Ga, itu tuh gak cocok sama kelakuan lo yang gini” kata Devan membuat pria itu mendengus

“Lo semua temen gue apa bukan sih?!” katanya kesal membuat ketiga pria itu terkikik

“Iyain dah, biar gak rusuh” kata Kevin membuat Dirga kini melemparkan bantal pada kepala pria itu dan membuat stick PS yang dipegangnya terjatuh

“YESS! Gue menang!” sorakan Aldo membuat Kevin menggeram

“Lo sih!” katanya pada Dirga yang langsung dibalas dengan tatapan melotot pria itu

“Ahh sialan!” runtuknya kesal, tapi Dirga nampak tidak peduli dan kembali memandangi layar ponselnya.

“Alana,” gumamnya, “Gatau kenapa, tapi gue yakin sama lo” lanjutnya.

Sementara itu diwaktu yang sama tempat yang berbeda Alana tengah menikmati makan malamnya, makan malam paling membosankan yang pernah ada. Gadis itu mengenakan sebuah dress berwarna pink pastel sebatas lututnya. Rambutnya yang ditata rapih kebelakang dengan model lurus.

Ayahnya nampak tersenyum senang berbicara bersama seorang rekan bisnisnya, sementara Alana seperti satu-satunya orang yang tidak menikmati makan malam itu. Dia nampak susah payah menelan potongan daging sapi sirloin itu kedalam mulutnya.

“Aku denger kamu pindah ke SMA Cendrawasih ya?” suara seorang pria yang duduk tepat disampingnya membuat dia menatap pria itu sekilas, dia hanya bergumam menjawab pertanyaannya.

“Kenapa Cendrawasih? Aku denger disana ada tukang biang onarnya yang sampe sekolah lain udah pada kenal sama dia, kamu jangan sampe kenal deh sama dia, kalo gasalah namanya Dirga” katanya lagi, Alana nampak semakin malas mengiris potongan daging itu.

“Hubungannya sama lo apa sih, Yan?” tanyanya membuat pria itu tersenyum kecil

“Aku kan calon tunangan kamu” katanya, Alana hampir tertawa mendengarnya

“Rian, lo itu gausah mimpi. Sampe kapanpun, gue gaakan pernah jadi tunangan lo” kata gadis itu

“Alana, sampe kamu nolak aku kaya apapun, kamu bakal tetep jadi-”

Trangg

Rian terpaksa menghentikan ucapannya karena Alana menghempaskan pisau dan garpunya dengan cukup keras membuat Rian tersentak, begitupun dengan ayahnya dan orangtua Rian yang tak lain adalah rekan bisnis ayahnya.

“Alana!” geram ayahnya tertahan

“Aku udah kenyang, mau istirahat. Selamat malam” katanya sedikit membungkuk kearah ayahnya dan kedua orangtua Rian kemudian berjalan pergi meninggalkan meja makan tersebut. Rian tersenyum sinis melihat sikap Alana.

‘Ini yang bikin gue makin gaakan ngelepasin lo, Al’

*****

Dirga memarkir motornya sembarangan saat dia melihat Alana yang baru saja turun dari dalam mobil berwarna hitam didepan gerbang. Mobil yang mengantarnya langsung melesat pergi sementara gadis itu berjalan memasuki gerbang dengan langkah gontai.

“Woy! Parkir motor lo yang bener!” teriakan Devan membuat Dirga malah melebarkan senyumnya, dia melemparkan kunci motornya kemudian berlari menegjar Alana.

“Hey, good morning” sapanya dengan ceria, Alana menatapnya dan tersenyum tipis. Dirga melihat gurat kesedihan dimata kecoklatan yang kemarin berbinar itu. Dirga menarik tangan Alana membuat gadis itu menghentikan langkahnya.

“Hey, what’s wrong with you?” tanyanya sembari menangkup pipi Alana, membuat rasa hangat menyelimuti pipi dingin gadis itu. Membuat Alana tiba-tiba merasakan sesuatu yang berdesir dalam hatinya, bagaimana Dirga bisa melakukan itu? Bagaimana Dirga bisa membuatnya seperti ini?

“I’m oke” katanya dengan tersenyum, Dirga ikut tersenyum kemudian mengangguk meski dia tidak sepenuhnya percaya.

“Lan, kalo lo sedih atau butuh teman curhat, gue pasti bakal jadi orang nomor satu yang mau dengerin curhatan lo” katanya membuat gadis itu hanya menatap Dirga dengan mata berkedip.

“Lo tau, bahu gue bisa jadi sangatt lebar buat bisa lo pake bersandar. Khusus buat lo” katanya membuat Alana tersenyum

“Katanya lo biang onar, orang paling ditakutin disekolah. Tapi kok, lo picisan gini sih depan gue?” gadis itu tersenyum membuat Dirga ikut tersenyum dan mengangguk

“Iya gue juga gatau, tapi ini sih emang khusus buat lo aja” katanya membuat gadis itu mengangguk

“Thank you” katanya dengan tersenyum membuat Dirga ikut tersenyum, dia menelan ludah nya ketika matanya turun melihat bibir mungil berwarna pink itu. ‘Cium jangan?’

“Woy! Lepas lepas!” Safira memukul lengannya membuat Dirga melepaskan tangannya dari pipi Alana.

“Jangan mesumin temen gue lo!” katanya membuat Dirga membelalakan matanya sementara Alana terkekeh

“Ayo Al, disini bahaya. Ada buaya!” kata Safira, dia merangkul lengan Alana kemudian menjulurkan lidahnya dan meninggalkan Dirga yang mematung.

“Najis lo, masih pagi udah mesum” kata Devan berjalan melewati sahabatnya

“Idih malu-maluin lo” kata Kevin membuat Dirga menatap punggung sahabatnya

“Mereka munafik, mending ikut gue yuk. Caw nyari cewek bohay” kata Aldo merangkulkan tangannya di pundak Dirga

“Najis lo! Dasar mesum!” katanya menghempaskan tangan Aldo kemudian berjalan menjauhi sahabatnya yang kini mendapat tatapan dari orang-orang yang melewatinya akibat ucapan Dirga.

“Eh bukan gue yang mesum!”

“Apa lo liat-liat hah!”

Lihat selengkapnya