Tara uring-uringan karena baru saja di pecat, dan ini kali ke tiganya dia harus kembali mengalami pemutusan hubungan kerja, meskipun dengan pesangon, tetap saja, perkiraannya hanya cukup untuk bertahan selama kurang lebih enam bulan, dan itu artinya dia harus benar-benar berhemat.
Menghidupi diri sendiri, karena dicoret dari daftar keluarga, karena kesalahan sendiri, memilih kawin lari dengan seorang pria, yang mengaku bujangan, tapi ternyata di hari- H pernikahan, istri laki-laki tersebut datang dan habis-habisan menghina Tara.
Membela diri, tak ada artinya lagi bagi Tara, karena semua seperti nasi sudah menjadi bubur, pernikahan gagal, dicoret dari daftar keluarga, dan itu artinya tidak ada lagi jalan pulang ke rumah.
Meskipun dia sangat merindukan kedua orang tua dan saudara perempuannya, tak ada yang bisa ia lakukan, selain berdoa agar ketiganya selalu dalam lindungan Tuhan.
Mencari kerja di usia yang tidak muda lagi, sekalipun memiliki ijazah S1, tak semudah membalikan telapak tangan, karena dia harus sikut-sikutan dengan para fresh graduate, dan statusnya yang pernah menikah, terkadang membuatnya was-was, khawatir jika ada yang mengenalinya, dan mengatakan tentang status pernikahannya, dan meskipun akhirnya pernikahan itu gagal untuk kali ketiganya, dan itu bertepatan pada hari ulang tahunnya, Tara akhirnya kembali resmi menyandang status janda.
Tara terkadang berpikir, apakah ini hukuman dari Tuhan untuknya, atau jawaban dari doa ibunya yang terkabul, karena ketika sebelum kabur bersama calon suami pertamanya, Tara sempat bersembunyi di rumah temannya yang juga punya andil atas kaburnya Tara, dan disana Tara mendengar ibunya yang kesana kemari mencari keberadaannya, berucap sembari menangis, kalau Tara tidak membatalkan pernikahannya, dan nekat kabur dan menikah tanpa restu orang tua, pernikahannya tidak akan pernah bertahan lama, dan jika mengingat hal itu, Tara menyesal, dan jika waktu bisa diputar, ia ingin kembali dimasa itu, dan membatalkan niatnya untuk kabur, dan kemudian meminta maaf kepada ibunya, atau perlu dia akan mencuci kaki ibunya, karena dosanya sudah terlalu banyak.
Entah mengapa Tara merasa, sedari pulang dari minimarket untuk belanja persiapan untuk bertahan selama menjadi pengangguran, dia seakan diikuti oleh seseorang, dan Tara teringat tentang berita yang tadi sempat ia tonton di warung, saat dia berteduh dari panas yang menyengat, ditemukan mayat wanita tanpa identitas dengan tubuh termutilasi.
Tentu saja, Tara tidak ingin bernasib sama dengan wanita malang tersebut, dan kemudian mempercepat langkah kakinya, agar cepat sampai di kontrakan, sesekali Tara menoleh ke belakang, mencoba, memastikan apakah masih ada orang yang mengikutinya.