Beverly Hills
Los Angeles, California- USA
09.00 AM
Setelah mendengar suara pintu yang tertutup, segera aku pun bertanggung jawab untuk merapihkan kembali kamar ini dan setelahnya aku segera melangkah memasuki kamar mandi. Menanggalkan seluruh pakaianku satu persatu, kemudian barulah aku beralih memasuki bath up yang berisikan air hangat guna me-rilex-an tubuh dan pikiranku dari kekacauan serta ketegangan yang telah terjadi.
Beberapa menit sibuk berpakaian dan merias diri, segera aku menenggak beberapa butir obat kemudian mendorongnya dengan meminum segelas air putih dan tidak lupa untukku selalu menggunakan sarung tangan.
Pagi ini, aku memilih untuk menggunakan sarung tangan berbahan kulit dengan warna hitam dan memiliki satu kancing manset dipergelangannya. Membawa beberapa dokumen yang telah kupersiapkan sebelumnya dalam genggaman kemudian beralih melingkar tas di lengan satunya, aku pun lantas bergegas menuju keluar kamar.
Tersenyum simpul kearah seorang pelayan tua bernama Dani yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan, mataku memicing tajam kearahnya sudah berdiri tegap di dekat kolam renang. Pakaian formal itu selalu sempurna dalam balutan tubuhnya, terlebih dengan menghirup harum aroma tubuhnya yang menggunakan parfum Clive Christian No.1 dapat aku tebak dengan mudah siapa dia disana.
"Saya permisi Nona, Tuan" menganggukkan kepala sebagai tanda persetujuan dariku atas permintaan undur dirinya dari hadapan kami, segera itu pula aku menunggunya berlalu dari ruangan ini dengan langkah yang sungguh-sungguh memakan waktu.
"Maaf membuatmu menunggu lama" ucapku guna meminta perhatian darinya bahwa aku berkenan menerima kehadirannya di Mansion-ku ini, seketika itu juga kudapati bibirnya menyimpul senyum dan mulai melangkah menghampiriku yang kini memilih terduduk di meja makan.
"Tidak masalah..."
"Sayangnya, wajahmu berkata sebaliknya" ejekku yang membuatnya lantas tertawa hambar.
"Aku pria penyabar. Kau bahkan tau itu!" balasnya memuji diri sendiri dan tidak ada pilihan lain bagiku selain mengangguk setuju saja.
"Well, kenapa kau tidak menunggu di kantor saja?" berucap tanpa memandang kerahnya, tanganku pun terulur meletakkan dokumen serta tas diatas meja makan kemudian melepas sarung tangan dan menggunakan handsanitizer.
"Kau benar-benar tuan rumah yang buruk" sindirnya.
Tidak mau kalah aku pun lantas menjawab "Dan kau telah membuatku tersinggung!".
"Satu sama kalau begitu" balasnya dengan nada mengejek. Sialan!
Menunggu untuk yang ketiga kalinya, agar kedua tanganku kering selama kurang lebih 30 detik. Setelah memang sebelumnya aku lebih dahulu menggosok seluruh permukaan tangan hingga semua sela-sela jari dengan cairan sanitizer serta memastikan kalau tanganku sudah benar-benar bersih. Barulah aku mengambil sepotong roti gandum dan dengan lihai mengolesinya dengan selai kacang menggunakan pisau.
Jangan heran kalau nanti aku menggunakan handsanitizer, tissue atau sesuatu berulang-ulang dalam beberapa situasi serta kondisi yang mungkin akan di anggap sangat berlebihan oleh sebagian orang. Atau bisa jadi, melihatku sangat marah ketika sesuatu benda yang telah aku susun bergeser dari tempatnya dan biasanya hal inilah yang paling sering membuat perasaan mereka tersinggung.
Tetapi, aku melakukan itu bukan semata-mata karena sedang mengalami period dan menjadi sangat sensitive. Aku memiliki OCD (Obsessive Compulsive Disorder) atau yang lebih dikenal dengan pemikiran yang terjadi terus menerus dan perilaku yang akan dilakukan secara berulang ulang sampai kalau hal itu tidak dilakukan akan menimbulkan rasa cemas dan tidak nyaman dalam diriku.
Ya, seperti sekarang contohnya. Hatiku gelisah ingin membenarkan posisi pisau yang baru saja aku letakkan tidaklah tepat dan ketika aku ingin membenarkan posisi pisau agar tersanggah di dalam selai kacang. Dia justru lebih dahulu melakukannya atau mungkin mulai merasa terganggu dengan perilaku OCD (Obsessive Compulsive Disorder) yang aku miliki.
Entahlah! Aku tidak perduli.
"Berlama-lama di New York membuatku sangat merindukan setiap ucapan pedasmu Ken" tuturnya seraya menarik bangku yang ada disebelahku dan setelah membenarkan pisau, kemudian dia berhasil lebih dulu merebut cangkir kopi milikku dan perlahan menyesapnya dengan nikmat sembari sedikit meniup-niupnya lebih dulu.
"Suatu kehormatan bisa dirindukan oleh pria super sibuk sepertimu, Sir" balasku berlaga formal, sebelum kemudian mulai melahap roti yang ada dalam genggaman.
"Kau memang pandai memutar balikkan fakta, Ken..."
"Jelas-jelas agen mata-mataku mengatakan kalau kau yang terlalu sering melewatkan jam makanmu karena sibuk dengan urusan kantor" meninggikan sebelah alisku karena apa yang dia ucapkan sesuai dengan kenyataan, membuatku kemudian segera meletakkan roti dalam genggamanku di atas piring.
"Dasar penguntit!" ketusku.
"Jangan paksa aku untuk mencari tau siapa dia..." keluhku padahal aku mengerti siapa agen mata-mata yang dia maksud itu.
"Itu tidak akan pernah ku biarkan" ejeknya.
"Kau menjijikan sungguh!" ucapku sekali lagi, membuatnya kemudian tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala dengan sebelah tangannya sibuk mengusap pucuk kepalaku.
"Come on, jangan membuat semuanya menjadi kacau. Hargailah perjuanganku yang sudah jauh-jauh datang kesini" lanjutnya dengan berekspresi seperti memohon, yang kemudian aku balas dengan memutar bola mata malas seraya menyingkirkan tangannya dari atas pucuk kepalaku.
"Semoga saja dia senang melihat pria pengecut dihadapanku ini mau bersusah payah meluangkan waktu hanya untuk menghadiri undangan darinya" balasku seraya menatapnya, hingga kemudian aku mengaduh karena mendapati tangannya dengan gemas mencubit kedua pipiku.
"Sejak kapan pria di hadapanmu ini, kau pandang menjadi seorang pria pengecut. Heuh?!" kesulitan menjawab pertanyaannya karena tangannya sibuk mencubit pipiku, membuatku dengan terpaksa meninju dadanya sebagai perlawanan.
"Aww.." ringisnya dan hal ini berhasil membuat tangannya terlepas untuk menyiksa pipiku.
"Sialan kau Horan! Singkirkan tangan sialan mu itu dariku" protesku agak berlebihan sambil mengusap kedua pipiku yang terasa perih akibat ulahnya, kemudian mengambil napkin untuk membersihkan tangan dan beralih meraih ponsel yang ada di dalam tasku.
Membuka kata sandi yang ada di layar ponselku dan mencari aplikasi kalender. Segera aku memundurkannya dari bulan ini, menjadi ke beberapa bulan sebelum dia pergi ke New York. Sekitar hampir enam bulan yang lalu, tepatnya dua hari sebelum aku menempati mansion ini.
"Lihatlah.. Tepat dibulan ini, dimana saat kepergianmu ke New York. Aku meresmikan dirimu sebagai seorang pengecut" unjukku mencoba memberi jawaban yang sempat tertunda, karena sebelumnya dia sibuk menyiksa kedua pipiku.